Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi di Tugu Tani Bikin Macet, Pendemo dan Polisi Adu Mulut

Kompas.com - 18/04/2016, 11:35 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Masyarakat Front Pancasila melakukan aksi unjuk rasa untuk menolak kegiatan simposium membedah tragedi 1965 di Tugu Tani, Menteng, Senin (18/4/2016). Acara simposium dilaksanakan di Hotel Aryaduta.

Pantauan Kompas.com, terjadi adu mulut antara polisi yang menjaga dan para pendemo. Ceritanya, pengunjuk rasa memulai aksinya di lampu merah Tugu Tani yang menuju ke arah Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka sempat berorasi di sana.

Dengan menggunakan mobil komando, salah satu anggota ormas yaitu Alfian Tanjung berorasi. Mobil komando mereka dikelilingi oleh polisi.

Tidak lama kemudian, mobil komando milik jajaran kepolisian dari Polres Metro Jakarta Pusat menghampiri para pengunjuk rasa.

Di atas mobil tersebut, terdapat Kepala Bagian Operasional Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo Condro.

Susatyo mengarahkan pengunjuk rasa untuk berdemo di Patung Kuda Arjuna Wiwaha. Namun, pendemo menolak hingga sempat terjadi adu mulut.

"Kami antar saudara untuk berdemo di tempat yang telah kami sediakan yaitu di Patung Kuda," ujar Susatyo.

"Tidak, Pak. Kita tidak ke patung kuda. Kami mau ke Aryaduta karena acaranya di sana," teriak Alfian.

Mobil keduanya berhadap-hadapan. Begitupun dengan mereka berdua.

"Eh polisi, gantian lu ya. Anda pakai mic kita pakai mic, gantian kalau ngomong," ujar Alfian kesal karena Susatyo tidak henti-henti menyuruh mereka pindah.

"Anda menghalangi kendaraan lain!" teriak Susatyo.

"Pak Boy tahan, jangan majukan mobilnya. Mobil ini maju harus sesuai komando saya," kata Alfian kepada sopir mobil komandonya.

"Petugas lalu lintas tolong siapkan tilang! Kalau saudara tidak pindah, maka akan kami tilang," ancam Susatyo.

Karena terus digiring oleh polisi, akhirnya mobil tersebut maju sedikit demi sedikit.

"Woy berhenti wooy," ujar pengunjuk rasa lain yang juga berada di atas mobil komando sambil memukul-mukul kaca mobil.

Selama aksi tersebut, polisi sudah membentuk barisan panjang agar aksi pendemo tidak mengganggu kendaraan lain. Arus lalu lintas sempat tersendat.

Aksi ini mereka lakukan untuk memprotes acara "Simposium MembedahbTragedi 1965". Mereka menilai acara ini merupakan rangkaian acara untuk menghidupkan kembali komunis di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com