Polisi sudah mencari celana jins Jessica di rumahnya di Sunter, Jakarta Utara, 12 Januari lalu, tetapi gagal. Sebab, Jessica sudah memerintahkan pembantunya membuang jins tersebut.
Mustofa mengaku pesimistis Kejati tak akan mengembalikan lagi berkas kasus yang diserahkan Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Kalaupun masih ingin menjerat Jessica, polisi hanya bisa menuduh Jessica melakukan pembiaran.
"Menyebabkan orang meninggal karena tak melakukan apa-apa," ujar Mustofa.
Mirna tewas setelah minum kopi bercampur sianida di Kafe Olivier, Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat, 6 Januari lalu.
Cerita ini bermula dari pertemuan Mirna dengan dua temannya, Jessica dan Hani, di kafe itu. Rekaman kamera CCTV kafe menunjukkan, Jessica datang ke kafe sekitar 40 menit lebih awal sebelum dua temannya datang. Menurut pegawai restoran, Jessica memesankan tiga gelas minuman, yakni koktail, fashioned sazerac, dan es kopi vietnam.
Sebelum minuman jadi, Jessica langsung membayar ke kasir. Pelayan lalu mengantarkan minuman ke meja nomor 54.
Setelah pelayan selesai menyajikan minuman, Jessica menaruh tiga tas kertas belanjaan di atas meja. Tas itu berada pada posisi yang menghalangi gelas-gelas minuman itu dari sorotan kamera CCTV.
Tak berapa lama, Mirna datang dan duduk diapit Jessica dan Hani. Dari rekaman CCTV itu terlihat, sebelum meminum kopi vietnam itu, Mirna mencium aroma kopi.
Dua menit kemudian, Mirna seperti orang kepanasan, mengibaskan tangan di depan leher dan mulutnya. Mukanya mengernyit. Tubuhnya kejang, mulutnya berbusa.
Panik, Hani memanggil pekerja kafe, sementara Jessica hanya duduk diam. Pekerja kafe datang meminta Jessica memberi jalan. Manajer kafe pun datang meminta Jessica dan Hani menghubungi keluarga Mirna.
Hani lalu menelepon Arief Soemarko, suami Mirna. Arief menyarankan Hani memberi minum teh manis hangat, tetapi Hani tak berani menuruti permintaan Arief karena takut.
Dalam kondisi pingsan, Mirna dibawa ke klinik terdekat di lantai dasar mal tersebut. Meski demikian, kata dokter di klinik tersebut, kondisi Mirna masih stabil. Denyut nadinya 80 kali per menit dan dalam semenit ia bernapas normal 16 kali.
Dari klinik itu, Mirna dibawa ke RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, dengan ambulans. Namun, saat tiba di RS, Mirna sudah meninggal.
Jenazah Mirna lalu di otopsi di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Berdasarkan hasil otopsi, diketahui lambung Mirna pendarahan.
Pada 29 Januari, polisi menetapkan Jessica sebagai tersangka dan sehari kemudian ia ditangkap di Hotel Neo, Mangga dua Square, Jakarta Pusat.
Ada kopi bersianida, ada celana jins yang hilang, ada Jessica yang diam saat Mirna kejang dengan mulut berbusa. Lalu?
(WINDORO ADI)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Mei 2016, di halaman 27 dengan judul yang sama "Jessica dan Sisa 18 Hari yang Mendebarkan...".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.