Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyapu Jalan Memburu Masa Depan

Kompas.com - 20/05/2016, 19:23 WIB
Kompas TV Penyapu Jalan Dapat Kejutan Dari Gubernur Jateng

Selama lebih dari 25 tahun bekerja sebagai penyapu jalan, baru kali ini Zaenal mengantongi penghasilan Rp 3,1 juta. Sebelumnya, bertahun-tahun menjadi tukang sapu di perusahaan swasta, pendapatannya hanya sekitar Rp 1 juta sebulan.

”Ya karena sekarang gaji lumayan, ya, saya tidak keberatan kalau harus sekolah lagi,” kata Zaenal yang sudah melunasi biaya sekolah dengan cara mencicil dua kali.

Zaenal, anak ketiga dari 12 bersaudara, pernah sekolah hingga kelas VI SD di Lenteng Agung. Beberapa bulan sebelum kelulusan, ayahnya terkena stroke sehingga warung keluarga gulung tikar untuk menutup biaya berobat. Ia terpaksa keluar sekolah karena tak ada biaya lagi.

Meningkatkan martabat

Meski diawali keengganan, kini petugas kebersihan merasa ijazah akan meningkatkan martabat mereka. Tanpa ijazah, rasa malu kerap menghantui. Mereka juga sering merasa dianggap bodoh oleh orang sekitar.

Yang paling buruk, mereka terancam kehilangan pekerjaan sewaktu-waktu. ”Dulu jadi tukang sapu hanya butuh KTP dan KK. Sekarang saingannya sudah banyak, anak-anak muda lulusan SMP dan SMA. Jadi sering takut,” kata Chadiroh (49), yang bertugas di perumahan sekitar Gerbang Pemuda atau Manggala Wanabhakti, Kelurahan Gelora, Jakarta Pusat.

Baginya, ijazah setara SD itu merupakan jaminan rasa aman untuk terus bekerja. Perempuan berambut pendek itu sama sekali tak pernah sekolah. Ia belajar membaca dan berhitung dari teman-temannya.

Sekretaris Dinas Pendidikan DKI Jakarta Bowo Irianto menyebutkan, peserta ujian Paket A di DKI 4.866 peserta. Mereka umumnya pekerja informal, seperti tukang sapu, petugas kebersihan, dan petugas PPSU yang dituntut punya ijazah setidaknya tingkat SMP dan SMA.

”Tak hanya warga DKI Jakarta, peserta ujian Paket A juga berasal dari daerah yang merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, begitu juga peserta Paket B dan C. Mereka berusaha memperbaiki kondisi ekonomi dan menambah pengetahuan dengan ikut program Paket A, B, atau C,” ujarnya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Mei 2016, di halaman 1 dengan judul "Penyapu Jalan Memburu Masa Depan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Selama 2019-2023, Jakarta Dilanda 5.170 Bencana Alam akibat Perubahan Iklim

Selama 2019-2023, Jakarta Dilanda 5.170 Bencana Alam akibat Perubahan Iklim

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 30 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 30 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Megapolitan
Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Megapolitan
Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Megapolitan
Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Megapolitan
Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Megapolitan
Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Megapolitan
Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Megapolitan
Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Megapolitan
Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Megapolitan
Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Megapolitan
Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com