Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Pusat Kendali Kereta Api se-Jabodetabek di Bukit Duri

Kompas.com - 07/07/2016, 22:53 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak ada yang menyangka, sebuah gedung berlantai empat yang terletak di sudut Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan, merupakan pusat kendali kereta api se-Jabodetabek.

Gedung itu bernama Pusat Kendali Kereta Daerah Operasi (Daop) 1. Gedung yang berada cukup jauh dari pusat keramaian itu sekilas tak terlihat seperti markas kendali kereta api.

Namun begitu masuk ke dalam, seluruh peralatan elektronik modern dan canggih ada di dalamnya. Tak tampak penjagaan ketat di luar gedung. Ruang kontrol kereta api berada di lantai tiga gedung itu, tak ada lift yang dipasang.

Menurut Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, yang mendatangi tempat itu, Kamis (7/7/2016, gedung tersebut memang sengaja tidak diberikan fasilitas lift. Alasannya untuk menjaga keamanan gedung.

Hanya ada satu akses untuk sampai ruang operator yaitu dengan menaiki tangga. Saat masuk ke dalam ruang kontrol, langsung terlihat belasan monitor yang memperlihatkan garis-garis berwarna warni yang saling terhubung.

Setiap warna memiliki arti. Misalnya warna merah berarti rel kereta sedang penuh atau ada kereta yang masih berhenti. Sedangkan warna kuning menandakan bahwa peta blok sudah aman untuk dilintasi.

Untuk memantau setiap pergerakan kereta, ada belasan monitor berukuran rata-rata 21 inci di ruangan yang cukup besar itu. Jumlah petugas yang berjaga ada sekitar 40 orang setiap harinya.

Semua petugas dibagi dalam sejumlah shift, dan seluruhnya bekerja selama 24 jam tanpa henti mengawasi lalu lintas kereta api.

Direktur Operasi dan Pemasaran PT KAI Commuter Jabodetabek, Subakir, menjelaskan, ruangan itu berfungsi untuk mengawasi dan memberikan informasi terkait pergerakan kereta api di wilayah Jabodetabek.

Seluruh pergerakan kereta api bisa diketahui mulai dari kecepatan, pengaturan lalu lintas kereta api yang masuk dan keluar stasiun, hingga kendala lain yang terjadi di lapangan.

Jadi jika penumpang merasa saat menaiki commuter line, laju commuter line terasa lambat atau penumpang menunggu cukup lama di stasiun, kata Subakir, hal itu memang perintah dari pusat kendali untuk mengatur perjalanan agar tidak bertabrakan dengan rangkain kereta api lainnya.

"Jadi semua perintah harus dari sini (pusat kendali). Masinis hanya mendengarkan perintah dari sini, begitu juga stasiun, tidak boleh memberikan perintah apapun kepada masinis jika belum memberikan laporan atau mendapatkan perintah dari sini," ujar Subakir kepada Kompas.com.

Subakir mengatakan, meski jam kerja layaknya pegawai lainnya yaitu delapan jam, namun tanggung jawab operasional seluruh karyawan adalah 24 jam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com