Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kompetisi Perahu Naga, Tradisi China di Kali Cisadane

Kompas.com - 31/07/2016, 14:40 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Suara tabuhan drum terdengar silih berganti. Seiring dengan itu, belasan orang mengayunkan dayung ke air dari atas perahu. Mereka berbaris ke belakang dengan dua orang berdampingan. Gerakan mendayungnya seragam.

Pada bagian belakang perahu, ada satu orang sibuk mengatur arah agar perahu tetap berjalan lurus. Mereka tengah berpacu untuk menjadi yang pertama mencapai garis finis dalam kompetisi perahu naga. Kompetisi ini digelar dalam rangkaian Festival Cisadane 2016.

Ketua Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Provinsi Banten, Agun DJ mengungkapkan, kompetisi perahu naga sudah ada di Tangerang sejak sekitar 200 tahun lalu. Perahu naga bukanlah tradisi asli dari Indonesia tetapi berasal dari China.

"Perahu Naga itu salah satu tradisi dari China. Kemunculannya saat itu untuk menghormati salah satu jenderal mereka," kata Agun saat berbincang dengan Kompas.com di Tangerang, Minggu (31/7/2016).

Saat itu, kata Agun, sang jenderal meninggal dunia dan dilarung oleh rakyatnya dengan perahu berbentuk naga. Tak hanya itu, mereka juga membawa makanan berupa bacang. Tradisi itu pun menular dan dibawa ke beberapa tempat termasuk ke Indonesia oleh warga China.

Tangerang merupakan salah satu lokasi di mana warga China melestarikan tradisi perahu naga. Tradisi itu dilakukan di Kali Cisadane di daerah Kali Pasir.

"Tapi pas masa penjajahan tradisi itu sempat vakum," kata Agun.

Perahu Naga kini menjadi salah satu cabang olahraga, bahkan diikutsertakan dalam beberapa kompetisi olahraga dunia seperti Olimpiade. Aturan pun diterapkan, mulai dari jumlah pedayung yakni kelas 10 orang dan 20 orang hingga ukuran dari perahu naga.

Agun mengungkapkan, ukuran perahu naga untuk 10 pedayung adalah 9 meter. Adapun untuk 20 pedayung yakni 12 meter.

"Kemudian ada penabuh drum di depan untuk mengatur ritme dan strategi mendayung serta pengatur arah perahu di belakang," kata Agun.

Kunci dari olahraga dayung adalah kekompakan. Menurut Agun, tim akan sulit menang bila tak kompak dalam mendayung.

"Nanti jalan di tempat saja," kata Agun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com