Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 30 Tahun, Satu Arah Puncak Masih Relevan?

Kompas.com - 10/08/2016, 15:00 WIB

Dia berpendapat, sebaiknya jadwal buka-tutup dikembalikan ke jadwal semula disertai informasi lewat spanduk besar.

Jalan alternatif

Yang juga membuat Wahyudin heran, tidak ada pembangunan jalan-jalan di desa yang bisa menjadi jalan alternatif.

Imam Sukarya berpendapat, jika jalan-jalan di desa yang ”mengapit” sisi utara dan selatan jalur Puncak dibangun dengan memadai, jalur Puncak tidak sepadat saat ini.

”Jangan berburuk sangka dengan warga bahwa jika jalan desa bagus akan membuat warga merambah lahan hutan. Tunjukkan niat baik pemerintah dulu saja, bangun jalan desa-desa itu. Kalau ekonomi warga bagus, untuk apa masuk dan menebang hutan?” katanya.

Menurut Imam, tidak sulit meminta lahan warga untuk pelebaran atau pembangunan jalan desa. Apalagi, kiri-kanan jalan desa lebih banyak berdiri vila-vila dan resor wisata ketimbang rumah-rumah penduduk.

 ”Serahkan saja kepada kepala desa setempat untuk pendekatan kepada masyarakat serta transparan dalam menerapkan kebijakan pembebasan lahan. Warga akan menurut karena itu juga untuk kepentingan mereka, untuk peningkatan taraf ekonomi dan kehidupan warga setempat,” kata Imam.

Di tengah kondisi yang bertahun-tahun dirasakan warga, kebijakan satu jalur di Puncak tidak kunjung dihapus. Tidak heran, di lapangan berkembang dugaan oknum petugas tertentu yang justru yang menciptakan kemacetan itu.

Muncul juga dugaan oknum tertentu memanfaatkan satu jalur ini untuk melakukan ”bisnis” pengawalan dengan motor atau mobil patroli guna menembus kemacetan jalur itu.

Imam menuturkan, penerapan jalur searah itu juga membuat banyak warga berkepentingan mencari penghidupan dan beraktivitas di kawasan ini.

Jaring aspirasi

Nasib enam spanduk yang dipasang KWP itu tidak lama. Chaidir Rusli memastikan spanduk itu tidak diturunkan pihak komunitas.

Entah karena ada spanduk itu atau bukan, Pemerintah Kabupaten Bogor, Rabu pekan lalu, mengadakan rapat muspida dan memanggil satuan kerja perangkat daerah terkait untuk membahas soal satu arah jalur Puncak dan imigran di kawasan itu.

Bupati Bogor memerintahkan Asisten Sekda (Asda) I Bidang Pemerintahan Burhanudin dan Camat Cisarua Bayu Rahmawanto untuk segera menjaring aspirasi masyarakat. Keesokan harinya pun diselenggarakan pertemuan menjaring aspirasi itu.

Puluhan penggiat KWP pun memenuhi undangan dadakan Asda dan camat meskipun di saat bersamaan mereka membuat seminar dengan tema serupa. Seusai acara, ketidakpuasan penggiat KWP tetap membekas karena belum ada kepastian apakah tuntutan mereka dipenuhi meski segala efek negatif kebijakan itu mereka utarakan.

(Ratih P Sudarsono)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Agustus 2016, di halaman 27 dengan judul "Setelah 30 Tahun, Satu Arah Puncak Masih Relevan?".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Megapolitan
Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Megapolitan
4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

Megapolitan
Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Megapolitan
Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Megapolitan
Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Megapolitan
Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Megapolitan
Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Megapolitan
Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Megapolitan
Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya 'Ngikut'

Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya "Ngikut"

Megapolitan
Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Megapolitan
Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Megapolitan
HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com