Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Ahok Pilih Jalur Parpol, dari Kekhawatiran Deparpolisasi hingga Nasihat Jokowi

Kompas.com - 15/08/2016, 09:40 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memilih jalur partai politik untuk ikut Pilkada DKI Jakarta 2017 membuat sebagian orang bertanya-tanya.

Masih ada yang mempertanyakan alasan Ahok meninggalkan niat awalnya untuk ikut pilkada melalui jalur perseorangan.

Setiap hadir dalam acara seminar, Ahok selalu ditanya oleh peserta soal alasannya tidak memilih jalur independen.

Pada Sabtu (13/8/2016) lalu, Ahok kembali ditanya oleh seorang pemuda ketika ia menjadi pembicara dalam Konferensi Nasional Young on Top 2016.

Ketika itu, Ahok mulai buka-bukaan soal alasannya maju melalui jalur partai.

(Baca juga: Ahok "Provokasi" Anak Muda Supaya Kelak Mau Jadi Kepala Daerah )

Di depan ribuan anak muda, Ahok mengatakan bahwa melepas pilihan jalur independen adalah hal yang sulit dan menjadi pergolakan batin baginya.

"Anda bisa lihat seminar saya di Gereja Reformed, saya ngomong ini shameful (memalukan) and dishonorable apa yang saya lakukan itu. Tapi ini demi orang banyak, semua dilakukan," ujar Ahok.

Ia juga mengatakan bahwa memilih jalur partai politik sebenarnya telah menurunkan levelnya.

Apabila memilih jalur independen kemudian ia kalah karena dicurangi dalam proses verifikasi, maka Ahok tidak mengganggap kekalahan itu sebagai suatu masalah.

Ia menganggap kekalahan dalam menempuh jalur independen itu justru akan membawa keuntungan.

Sebab, ia masih bisa menyelesaikan tugasnya sebagai gubernur DKI sampai Oktober 2017.

Selain itu, Ahok bisa menarik dukungan lebih banyak orang karena dianggap sebagai orang yang dicurangi dalam Pilkada DKI 2017.

Ahok lantas mencontohkan langkah Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul dengan partai baru kemudian memenangkan pemilihan presiden.

Ia juga merasa akan menjadi simbol perlawanan bagi semua orang yang tidak percaya dengan partai politik apabila menempuh jalur independen. 

"Tapi apa itu tujuan hidup saya? Bukan. Tujuan hidup saya adalah mengadministrasi keadilan sosial. Saya sekarang sudah menukar beras jadi ubi, emas jadi perak sebetulnya," ujar Ahok.

"Sekarang nilai saya agak turun sedikit. Kenapa turun? Tadinya saya simbol perlawanan semua orang. Tiba-tiba saya ikut parpol, saya enggak bisa jualan lagi parpol keroyokin saya," ucap dia.

Ahok mengaku melihat ada kepentingan yang lebih besar sehingga ia tidak jadi memilih jalur perseorangan.

Ahok mengatakan, sejak awal dia tidak antiparpol. Ia memilih jalur perseorangan karena menilai parpol bisa menyanderanya.

Ketika data KTP dukungan warga yang dikumpulkan relawannya, Teman Ahok, semakin banyak, satu per satu partai mulai mendukung Ahok.

"Saya tanya, kenapa Anda mendukung? Mereka jawab, 'Kami takut terjadi deparpolisasi. Seandainya kami (parpol) semua melawan Anda dan Anda menang melalui jalur independen, di situlah deparpolisasi. Orang tidak percaya kepada partai'," ujar Ahok menirukan pendapat partai pendukungnya.

Ahok pun mengaku tak mau hal itu terjadi. Ia menilai partai politik merupakan pilar demokrasi yang harus dijaga.

(Baca juga: Ahok: Saya Enggak Mau Ada Persepsi kalau Parpol Itu Harus "Dihabisin")

Ketika ada tiga partai yang memastikan untuk mendukungnya tanpa syarat, Ahok pun memilih ikut jalur partai.

Ia mengatakan bahwa semua itu dilakukan demi kepentingan yang lebih besar, yaitu mencegah deparpolisasi.

Nasihat Jokowi

Hal lain yang juga mendorong Ahok memilih jalur partai adalah nasihat dari Presiden RI Joko Widodo.

Ahok pernah menceritakan andil Jokowi dalam keputusannya memilih maju melalui jalur partai politik. 

Jokowi mengingatkan Ahok akan risiko yang harus ditanggung jika ia memilih perseorangan.

Kepada Ahok, Jokowi mengatakan bahwa proses verifikasi 1 juta data KTP warga tidaklah mudah.

Sampai saat ini, Ahok sendiri masih menganggap Jokowi sebagai orang yang dihormatinya. Ia menganggap Jokowi sebagai bos dan panutan.

Ahok mengaku tidak mau berbeda pandangan dengan Jokowi terkait politik. Atas dasar itu, nasihat dari Jokowi menjadi masukan berarti baginya.

"Saya masih ada satu bos di politik, Pak Jokowi. Saya tidak mau saya dengan Pak Jokowi berbeda. Saya harus tetap di bawah seorang Jokowi," ujar Ahok.

(Baca juga: Karena Hal Ini Ahok "Ngegas" Saat Bicara dengan Sandiaga)

Ahok pun merasa bertanggung jawab untuk menjelaskan alasannya memilih jalur partai politik kepada warga, khususnya kepada anak muda.

Sebab, ia tidak ingin anak muda memiliki pemikiran bahwa partai politik adalah institusi yang tidak bisa dipercaya dan harus dihilangkan.

Oleh karena itu, ia sengaja menggunakan kesempatannya saat bisa berbicara di depan khalayak banyak untuk menjelaskan alasannya memilih jalur partai.

Adapun Ahok didukung tiga partai politik, yakni Partai Nasdem, Hanura, dan Golkar.

Kompas TV Ahok Ingin Belajar dari Risma
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ungkap Peredaran Sabu di Tebet, Polisi Selidiki Kemungkinan Asal Narkoba dari Kampung Bahari

Ungkap Peredaran Sabu di Tebet, Polisi Selidiki Kemungkinan Asal Narkoba dari Kampung Bahari

Megapolitan
Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Megapolitan
Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Megapolitan
Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Megapolitan
Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Megapolitan
UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

Megapolitan
Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com