Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LSI: Ahok Kuat, tetapi Trennya Menurun

Kompas.com - 04/10/2016, 17:12 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Survei yang digelar Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pimpinan Denny JA menyatakan, tingkat elektabilitas dan kesukaan terhadap Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tetap unggul dibanding calon gubernur lainnya.

Namun, peneliti senior LSI, Adjie Alfaraby, mengatakan, dari tiga kali survei, tren Ahok terus menurun.

Dari survei pada Maret 2016, lanjut Adjie, Ahok masih perkasa dengan tingkat elektabilitas 59,3 persen. Tingkat kesukaan kepada Ahok 71,3 persen.

Saat itu, survei melibatkan 10 calon gubernur, termasuk nama-nama seperti Yusril Ihza Mahendra, Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, dan lainnya.

"Saat itu, elektabilitas Ahok sendiri tetap lebih besar dibanding 10 calon gubernur lain yang digabung menjadi satu. Total 10 kompetitor itu bahkan kalau dijumlah hanya 26,30 persen, masih jauh di bawah dukungan Ahok sendirian," kata Adjie dalam jumpa pers hasil survei LSI yang terbaru di kantor LSI di Jalan Pemuda, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (4/10/2016).

Pada survei berikutnya, yaitu pada Juli 2016, trennya turun. Elektabilitas Ahok menjadi 49,1 persen dan tingkat kesukaan menjadi 68,9 persen. Sementara itu, survei pada Oktober 2016, elektabilitas Ahok terus turun menjadi 31,4 persen dengan tingkat kesukaan 58,2 persen.

Namun, Ahok memang tetap unggul dari kandidat yang ada sekarang.

"Ia memang masih di atas Agus sebesar 22,30 persen dan Anies sebesar 20,20 persen," ujar Adjie.

Tren menurunnya elektabilitas Ahok, kata Adjie, karena empat alasan. Pertama, masalah kebijakan, misalnya kasus penggusuran di beberapa daerah di Ibu Kota, seperti Kampung Pulo, Kalijodo, dan kebijakan soal reklamasi.

Isu kedua ialah soal personalitas Ahok, yang dinilai memiliki karakter yang kasar, congkak, dan tidak konsisten. Ia, misalnya, awalnya hendak maju secara independen, tetapi kemudian berubah dengan mengambil dukungan partai.

"Ketiga, isu primodial, isu agama dan etnis," ujar Adjie.

Terakhir, adanya alternatif cagub yang dianggap fresh, yakni Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono. Anies dianggap sosok yang punya integritas dan track record, sedangkan Agus dinilai punya prestasi baik di militer dan membawa nama sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com