Yang dibutuhkan oleh warga miskin lebih dari bantuan langsung kebutuhan pokok. Yang jauh lebih dibutuhkan oleh masyarakat untuk keluar dari lingkaran kemiskinan adalah akses pada modal dan budaya kerja keras.
Karena itu, kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip bisnis bisa menjadi solusi bagi keberlangsungan siklus ekonomi.
Dalam sebuah acara talkshow di Berita Satu, Nadiem Makarim (pendiri dan CEO Go-Jek) menyatakan bahwa salah satu motivasi dia menciptakan Go-jek adalah kepedulian sosial.
Dia melihat bahwa Go-jek yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip bisnis itu sesungguhnya adalah upaya untuk menyelesaikan persoalan kemacetan di ibu kota.
Dia melihat bahwa kemacetan membuat kegiatan ekonomi warga tidak efektif dan efisien. Karena itu, mengatasi kemacetan adalah upaya untuk meningkatkan ekonomi. Nadiem berpendapat bahwa program sosial yang bisa berkelanjutan adalah bisnis.
Di dalam bisnis, semua pihak bekerja berdasarkan kepentingan pribadi. Besar-kecilnya pemenuhan kepentingan pribadi ditentukan oleh seberapa besar usaha dan upaya para pihak yang menjalankan bisnis itu.
Selama kepentingan pribadi ada di situ, maka selama itu pula kegiatan bisnis akan berjalan dan dipertahankan. Situasi di mana semua orang mengejar kepentingan pribadinya akan menciptakan kemaslahan umum yang berkelanjutan.
The Tragedy of the Common
Yang juga menarik dari program Basuki Tjahaja Purnama ini adalah mengapa ia memilih budidaya dan bukan memperbaiki teknologi dan alat tangkap ikan?
Mayoritas warga Kepulauan Seribu mengandalkan penghasilan dari laut. Dari tahun ke tahun, hasil tangkapan ikan mengalami penurunan. Dalam kacamata sederhana, mestinya solusi yang ditawarkan oleh pemerintah adalah membantu peningkatan kemampuan nelayan untuk menangkap ikan. Dengan begitu, secara cepat penghasilan warga bisa bertambah.
Yang dilakukan oleh Ahok justru sebaliknya. Ia tawarkan pada warga untuk memelihara dan membesarkan ikan.
Pada 20 September 2016 dan di banyak kesempatan lain, Ahok menyatakan bahwa ke depan kegiatan tangkap ikan di laut lepas akan semakin ditinggalkan. Dunia perikanan akan masuk ke dalam budidaya.
Pandangan Ahok ini memiliki konsekuensi yang cukup jauh. Ini akan menimbulkan semacam revolusi dunia nelayan. Selama ini paradigma konvensional melihat laut sebagai ladang tempat menuai hasil yang takkan pernah habis. Karena itu, nelayan bekerja untuk memetik hasil laut tanpa harus berkontribusi menumbuhkan dan merawat hasil laut itu sendiri.
Sedangkan melalui budidaya, nelayan bergerak dari sekedar penangkap hasil laut menjadi pencipta dan perawat hasil laut. Di sini, nelayan diberi beban tanggung-jawab. Besar-kecilnya hasil tergantung dari kerja-keras merawat keramba dan ikan-ikan di dalamnya.
Dengan adanya tanggung-jawab semacam ini, masing-masing individu akan menjaga laut, minimal laut tempat keramba mereka berada, karena itu terkait erat dengan penghasilan mereka.