Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cagar Budaya Itu Bernama "SMA Boedoet"

Kompas.com - 21/11/2016, 17:00 WIB

Oleh: Windoro Adi & Dian Dewi Purnamasari

"Saat saya masih siswa di sini, tahun 1981-1984, semua jendela ruang kelas tidak berdaun. Biasanya habis olahraga kami main lempar baju, handuk, dan sepatu ke ruang kelas lewat jendela," kenang Kepala SMA Negeri 1 Jakarta Mas Ayu Yuliana, Kamis (17/11). Dari balik pintu, ia melihat deretan jendela itu kini sudah berdaun kayu dan kaca.

Sekilas, gedung cagar budaya yang kini menjadi gedung SMAN 1 ini mirip bangunan rumah sakit zaman dahulu. Baik Mas Ayu maupun wakilnya, Ujang Suherman, mengaku belum mendapatkan sumber yang jelas terkait dengan sejarah bangunan tersebut.

"Ada yang bilang, bangunan ini awalnya adalah rumah sakit pemerintah Hindia Belanda, sedangkan bangunan di sebelah kiri, SMK Negeri 1, adalah perkantoran pemerintah Hindia Belanda, sedangkan bangunan di sebelah kanan adalah rumah tahanan," tutur Ujang.

"Orang-orang yang ditangkap dibuat berkasnya di kantor pemerintah itu, lalu dijebloskan ke penjara di sebelah. Kalau ada yang sakit baru dibawa ke gedung yang kini SMAN 1," tambah Ujang.

Bukti bahwa ketiga bangunan cagar budaya itu berada dalam satu kompleks ditunjukkan dengan alamat yang sama. "SMKN 1, SMAN 1, dan rumah tahanan (kini sudah rata dengan tanah, tinggal lahan kosong bersemak) alamatnya sama, Jalan Budi Utomo Nomor 7, Jakarta Pusat," ujar Ujang.

Selain deretan jendela besarnya, ciri rumah sakit lain adalah lorong-lorong ruang dengan deretan lampu gantung berkaca bulat susu. Atap lorong disangga deretan tiang besi ramping yang sering terlihat di lingkungan gedung rumah sakit era kolonial Belanda di berbagai penjuru Tanah Air.

Apalagi jika mengamati bagian dalam kompleks gedung asli yang berbentuk tapal kuda. Lahan di tengah tapal kuda umumnya dijadikan taman dan ditanami beberapa pohon besar. Itulah ciri lain bangunan rumah sakit di era Hindia Belanda.

Candrian Attahiyat, arkeolog dan anggota tim ahli cagar budaya DKI Jakarta, mengemukakan, suasana seperti itu memang menjadi suasana umumnya rumah-rumah sakit era Hindia Belanda.

"Yang membedakan memang tinggal ada atau tidak adanya daun jendela. Jendela-jendela yang tidak berdaun umumnya adalah ruang kelas, sedangkan jendela yang berdaun biasanya adalah bangsal tidur pasien ataupun bangsal tidur siswa di asrama pelajar," ungkap Candrian.

Ia lantas membandingkan bentuk dan ukuran jendela ruang kelas di SMAN 1 yang mirip dengan bentuk dan ukuran jendela ruang kelas di SMA Santa Ursula di Jalan Pos 2, Pasar Baru, dan SMA Santa Maria di Jalan Ir H Juanda 29, Jakarta Pusat.

"Satu sama lain mirip bukan?" ucapnya.

Ujang menambahkan, daun-daun jendela ruang kelas baru dibuat pada tahun 1997, sementara daun-daun pintu tambahan di setiap ruang dibuat tahun 2009, bersamaan dengan pemasangan instalasi penyejuk ruangan (AC).

Minim catatan

Baik Candrian maupun Ujang mengakui catatan sejarah tentang gedung SMAN 1 ini sangat minim. Keduanya hanya menyebutkan awalnya gedung tersebut adalah Gedung Sekolah Prins (Frederik) Hendrik yang pada 1889 sudah didirikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com