Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat "Kita Indonesia" yang Tercoreng...

Kompas.com - 05/12/2016, 06:53 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi "Kita Indonesia" yang digelar di area car free day pada Minggu (4/12/2016) memiliki tujuan yang baik.

Beberapa tokoh politik nasional hadir di sana untuk menyuarakan semangat persatuan. Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan lantang berkali-kali berteriak "Kita Indonesia".

Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menyampaikan soal Presiden RI Joko Widodo yang dia sebut dekat dengan rakyat karena turut ikut shalat Jumat dalam kegiatan doa bersama 2 Desember 2016.

Dia juga menyebut soal doa bersama 212 dan aksi "Kita Indonesia" 412 yang sama-sama menunjukkan cinta damai dan persatuan Indonesia.

"Hari ini kita buktikan kalau kita bangsa yang besar, ramah, tamah, dan damai. Inilah, kita jadikan momentum kebangsaan kita. Inilah NKRI, persatuan dan kesatuan bangsa," ujar Setya di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (4/12/2016).

Tokoh politik lain, seperti Djan Faridz, Tantowi Yahya, dan Nurul Arifin, juga hadir dalam aksi itu.

Tercoreng

Sayangnya, kegiatan yang memiliki tujuan baik itu menuai banyak kritik. Hal ini karena pelaksanaannya yang dinilai menyalahi aturan.

(Baca juga: Plt Gubernur DKI Akan Layangkan Teguran Tertulis kepada Panitia "Kita Indonesia")

Selama aksi berlangsung, bendera-bendera partai politik berkibar di mana-mana. Awalnya, bendera Partai Golkar yang paling banyak terlihat.

Warna kuning bendera tersebut tampak mencolok di tengah kerumunan warga dan juga bendera Merah Putih di sana.

Kemudian, bendera-bendera PPP muncul di panggung dekat Jalan Imam Bonjol. Bendera hijau PPP berbaur dengan bendera Golkar.

Atribut Partai Nasdem semula hanya terlihat dari kaus-kaus berlambang Nasdem yang dikenakan warga. Namun, kemudian bendera Nasdem mulai ikut berkibar.

Bendera-bendera partai politik itu menjadi masalah karena lokasi aksi tersebut berada di area car free day (CFD).

Berdasarkan Pergub Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor, kegiatan CFD tidak boleh digunakan untuk kepentingan partai politik.

(Baca juga: Banyak Bendera Partai, Pelaksanaan Aksi "Kita Indonesia" Dinilai Langgar Pergub)

Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono pun sudah melarang adanya atribut partai politik dalam car free day. Dia mengatakan, hal ini untuk menjaga ketertiban di area car free day.

"Demi menjaga ketertiban di kawasan car free day Jakarta, Kami minta bebas atribut parta politik dan kegiatan politik apapun," ujar Sumarsono.

Ia sempat meminta kepada panitia untuk menertibkan bendera. Warga yang mengenakan pakaian partai politik juga diminta untuk menggantinya agar netral.

"Bagi yang sedang menggunakan atribut partai politik, diminta kepada panitia dapat menertibkan dan berganti pakaian netral," ujar dia.

Lokasi panggung dikritik

Aksi "Kita Indonesia" dinilai tidak hanya melanggar ketentuan terkait penggunaan atribut partai politik saat car free day.

Menurut Koordinator Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Muhammad Ageng, pelanggaran lain yang dilakukan penyelenggara aksi "Kita Indonesia" ini terkait dengan lokasi panggung.

"Seharusnya penggunaan acara besar di area Bundaran HI itu tidak diperkenankan. Harusnya di area Jalan Imam Bonjol atau jalur penghubung lain, tetapi ini dilakukan di pusat Bundaran HI dan memblokade jalan," ujar Ageng.

(Baca juga: Tanggapan Agus soal Aksi "Kita Indonesia" di Kawasan "Car Free Day")

Akibatnya, bus transjakarta tidak bisa melintas di kawasan Bundaran HI. Padahal, seharusnya bus transjakarta tetap melintas meskipun pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor.

Soal atribut dan lokasi panggung hanyalah beberapa masalah yang dipersoalkan. Seusai acara, netizen meributkan soal sampah yang berserakan dalam aksi 412 ini. Taman-taman juga diinjak-injak dan rusak.

Disebut demi persatuan

Aksi "Kita Indonesia" ini digagas oleh partai-partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Salah satunya adalah Partai Nasdem.

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menanggapi pelaksanaan aksi "Kita Indonesia" yang disebut melanggar aturan soal car free day.

Menurut dia, hal positif yang harus diambil justru substansi aksi, yaitu untuk menjaga persatuan Indonesia.

"Apalah artinya CFD dibandingkan dengan persatuan bangsa ini. Sejujurnya itu yang saya katakan. Jadi yang mau CFD boleh, mau sedikit menari boleh?" ujar Paloh.

Jika aksi ini memang melanggar, Paloh mengatakan, panitia siap menerima konsekuensinya. Namun, yang perlu diingat, kata dia, adalah tujuan baik dari kegiatan ini.

Paloh mengatakan, aksi "Kita Indonesia" merupakan bentuk ekspresi kepedulian warga untuk menjaga keutuhan Indonesia.

(Baca juga: Tanggapan Agus soal Aksi "Kita Indonesia" di Kawasan "Car Free Day")

Sementara itu, Ageng meminta panitia "Kita Indonesia" tidak menggampangkan sebuah pelanggaran.

Ageng khawatir ini akan menjadi contoh buruk ke depan. Dia khawatir kelompok masyarakat lain ikut mengajukan kegiatan berbau politik pada car free day setelah melihat aksi 412 kemarin.

"Kita tahu aturan atas pergub yang ada, kita harus dewasa dan bijak menyikapinya. Bukan malah memudahkan dan dianggap biasa melanggar. Ini akan jadi blunder dan bumerang ke kami kalau teman yang lain meminta hak seperti acara ini," ujar Ageng.

Kompas TV Parade Kebudayaan "Kita Indonesia" di Bundaran HI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Megapolitan
Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Evaluasi Seluruh Kegiatan di Luar Sekolah Imbas Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Akan Evaluasi Seluruh Kegiatan di Luar Sekolah Imbas Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Biar Alam Semesta yang Jawab

Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Biar Alam Semesta yang Jawab

Megapolitan
Polisi Usul Kantong Parkir Depan Masjid Istiqlal Dilegalkan Saat Acara Keagamaan

Polisi Usul Kantong Parkir Depan Masjid Istiqlal Dilegalkan Saat Acara Keagamaan

Megapolitan
Kepsek SMK Lingga Kencana: Kami Pernah Pakai Bus Trans Putra Fajar Tahun Lalu dan Hasilnya Memuaskan

Kepsek SMK Lingga Kencana: Kami Pernah Pakai Bus Trans Putra Fajar Tahun Lalu dan Hasilnya Memuaskan

Megapolitan
Polisi Terima Laporan Komunitas Tuli Berkait Konten Komika Gerall yang Diduga Rendahkan Bahasa Isyarat

Polisi Terima Laporan Komunitas Tuli Berkait Konten Komika Gerall yang Diduga Rendahkan Bahasa Isyarat

Megapolitan
Soal Tepati Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi: Nanti Dipikirkan

Soal Tepati Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi: Nanti Dipikirkan

Megapolitan
Polisi Selidiki Pihak yang Bekingi Parkir Liar di Depan Masjid Istiqlal

Polisi Selidiki Pihak yang Bekingi Parkir Liar di Depan Masjid Istiqlal

Megapolitan
Bawaslu Kirim Surat ke Heru Budi, Ingatkan untuk Tak Rotasi Pejabat DKI Jelang Pilkada 2024

Bawaslu Kirim Surat ke Heru Budi, Ingatkan untuk Tak Rotasi Pejabat DKI Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap 2 Pengoplos Elpiji 3 Kg ke Tabung 12 Kg di Bogor

Polisi Tangkap 2 Pengoplos Elpiji 3 Kg ke Tabung 12 Kg di Bogor

Megapolitan
Polisi Tindak Pungli di Depan Masjid Istiqlal, Salah Satu Pelaku Positif Sabu

Polisi Tindak Pungli di Depan Masjid Istiqlal, Salah Satu Pelaku Positif Sabu

Megapolitan
Minta Dishub Tertibkan Parkir Liar di Jakarta, Heru Budi: Harus Manusiawi

Minta Dishub Tertibkan Parkir Liar di Jakarta, Heru Budi: Harus Manusiawi

Megapolitan
Keluarga Korban Kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Terima Santunan Rp 60 Juta

Keluarga Korban Kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Terima Santunan Rp 60 Juta

Megapolitan
Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com