Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Membelot dari PDI-P dan Cerita "Asal Bukan Ahok"...

Kompas.com - 05/12/2016, 09:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada Sabtu (3/12/2016) malam, sejumlah mantan pengurus DPC PDI-P Jakarta Barat melepas seragam mereka kemudian mengenakan kaus relawan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Mereka adalah loyalis Boy Sadikin yang kini mendeklarasikan diri sebagai "Kawan Juang Boy" (KJB).

Sebelum melepas seragamnya, M Ranto, mantan Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI-P Kebon Jeruk, mengungkapkan kekecewaannya terhadap kepengurusan PDI-P di tingkat cabang hingga ranting. Ia menilai pengurus PDI-P tidak demokratis.

Ia mengaku sudah menghabiskan puluhan juta untuk membesarkan PDI-P, tetapi belakangan aspirasinya tak didengar oleh para petinggi partai.

"Saya sudah dirampok oknum yang tidak jelas. Kepengurusan saya itu sudah dirampok. PDI-P Jakarta Barat sudah mulai dipetak-petakkan. Orang yang militan sudah dipecat-pecatin," kata dia. 

(Baca juga: Pembelotan Kader PDI-P dan Djarot yang Tak Mau Ambil Pusing...)

Ada pula Matsuni, mantan Ketua PAC Cengkareng yang telah berkiprah di PDI-P selama 30 tahun.

Ia kecewa terhadap keputusan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang memilih untuk mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

"Saya tidak puas dengan pilihan Ibu Mega. Bilamana Ibu Mega mengusung Ahok, saya buka baju. Enggak mau saya punya ketua umum yang plitat-plitut," kata Matsuni.

M Ranto, Matsuni, dan kawan-kawan menyebut para petinggi PDI-P tak mendengar aspirasi mereka yang berjuang di akar rumput.

"Asal bukan Ahok"

Cerita berbeda datang dari Boy Sadikin. Boy adalah "pelari" pertama yang melepas seragam PDI-P tak lama setelah PDI-P memutuskan untuk mengusung Ahok.

Pengunduran diri Boy ini diperkirakan akan diikuti massa di akar rumput PDI-P. Boy lantas menceritakan alasannya mendukung Anies-Sandiaga.

Menurut Boy, rumah mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, di Jalan Borobudur Nomor 2, Pegangsaan, Jakarta Pusat, menjadi titik awal Sandiaga memulai pencalonannya.

"Saya milih dukung Pak Sandi ada sebabnya, setahun sebelum ditetapkan oleh Gerindra, dia sudah ke rumah, di situ dia mengenalkan dirinya, mengutarakan niatnya, dia minta tolong ke saya, apa yang dikerjakan Pak Ali Sadikin, diberi masukan. Saya berikan buku Ali Sadikin. Dia langsung baca," kata Boy.

Rumah itu juga menjadi tempat bagi Boy yang merupakan mantan Wakil Ketua DPRD ini berkumpul bersama sesama anggota legislatif setelah ia tak lagi duduk di kursi Dewan.

"Dalam perjalanan, waktu setahun sebelum pendaftaran untuk calon, saya sudah berkumpul dengan kawan-kawan dari partai lain di DPRD. Kita sepakat untuk dukung yang lain. Kita punya istilah 'ABA', asal bukan Ahok, tetapi calon yang menentukan itu DPP, akhirnya berubah semua," kata Boy.

Namun, persatuan anggota legislatif itu pecah setelah partai mereka masing-masing menentukan pilihannya. Mereka kini mendukung calon yang diusung partai masing-masing.

(Baca juga: Kader PDI-P Ada yang Membelot Dukung Anies-Sandi, Djarot Bilang "Biarin Saja")

Boy membantah mundurnya ia dari PDI-P lantaran sakit hati. Ia mengatakan, jika memang sejak awal ia mengincar jabatan, hal itu sudah dilakukannya.

Boy membangun namanya di DKI dimulai dari 1999 ketika PDI-P pertama dibentuk. Ia memulai kariernya dari bawah, hingga lama-lama mengakar di DKI.

Boy tercatat pernah menduduki kursi Wakil Ketua DPC PDI-P Jakarta Selatan lalu menjadi Ketua DPC PDI-P Jakarta Selatan pada 2005.

Pada Pilkada DKI 2012, Boy sempat berniat ikut dalam seleksi kandidat cagub dari PDI-P. Namun, ia mengurungkan niat tersebut.

Boy justru memilih untuk memenangkan Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Ia kemudian memilih tempat di legislatif.

Boy sempat menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Kemudian pada 2014, ketika Jokowi akan melenggang ke pemilihan presiden, Boy sempat diusulkan untuk menjadi wagub DKI Jakarta setelah Ahok naik jabatan menjadi gubernur.

Ternyata, pada akhirnya, Boy tidak jadi dipilih. Posisi wagub DKI Jakarta kemudian dijabat Djarot Saiful Hidayat.

Boy lantas memilih aktif di partai dengan mengalahkan cucu Soekarno yang juga keponakan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Puti Guntur Soekarnoputri, dalam Pemilihan Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta periode 2015-2020.

Namun, kursi tersebut tak lama ia tempati. Boy mulai merasa tidak nyaman dengan PDI-P, apalagi setelah Ahok seolah semakin kuat.

Meskipun kini tidak lagi menjabat di PDI-P, Boy masih memiliki pengaruh, setidaknya di lingkaran loyalisnya.

Menurut Boy, selain loyalisnya di Jakarta Barat, masih ada loyalis lainnya yang akan ikut membelot dan melepas seragamnya dalam waktu dekat.

(Baca juga: Boy Sadikin Sebut Pengurus DPC PDI-P Lainnya Akan Dukung Anies-Sandi)

Ia menegaskan, keinginan para loyalisnya untuk mendukung Anies-Sandiaga ini datang dari masing-masing individu, atau tanpa paksaan.

Kompas TV Boy Sadikin Jadi Ketua Tim Pemenangan Anies-Sandi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com