JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membantah telah bersikap 'one man show' dan membuat keputusan seorang diri. Dia bercerita sering mengundang perwakilan Bank Indonesia satu bulan sekali untuk mengadu konsepnya soal menekan inflasi.
"Tiap Senin, ajari kami. Kita kumpulkan semua pejabat supaya visinya sama," ujar Basuki atau Ahok di Rumah Lembang, Menteng, Jumat (16/12/2016).
Kemudian, Ahok menjelaskan konsep kebijakan yang ada di kepalanya. Misalnya tentang subsidi perumahan. Dia sadar bahwa warga Jakarta dengan penghasilan UMP tidak akan mampu memiliki rumah sendiri di Jakarta.
Ahok menjelaskan idenya untuk menyubsidi perumahan sampai 80 persen. Para perwakilan BI itu akan mendengarkan Ahok dan memberi masukan jika ada kelemahan dari kebijakan Ahok.
"Saya tanya ke BI, benar enggak pak teori dengan subsidi ini bisa menekan inflasi? Kata dia benar. Jadi saya ngomong aja apa yang di pikiran saya, saya suruh orang BI awasi," ujar Ahok.
Ahok juga mengundang profesor dari Eropa dan Amerika ke Balai Kota untuk mendengarkan kebijakannya soal menekan inflasi. Sambil berseloroh, Ahok mengatakan idenya berarti sudah benar jika para profesor itu diam dan tidak memberi kritikan.
"Makanya saya bilang, jadi manusia itu sederhana. Kalau bodoh ya nurut, pintar ya ngajar. Jangan sudah bodoh enggak mau nurut, pintar pun engggak mau ngajar," ujar Ahok.
Ahok kemudian menyinggung soal kebijakannya membangun rusun untuk TNI dan Polri. Kebijakannya itu menuai kritik dari banyak pihak. Padahal, Ahok memiliki alasan membuat kebijakan ini. Dia pun sudah bertanya kepada ahli tentang kebijakan ini.
"Di Jakarta itu tanah gede itu punya siapa? TNI dan Polri. Dulu asrama mereka hanya 1 lantai, mendingan kamu bongkar terus bangun 23 lantai sehingga prajurit enggak perlu sewa di luar," ujar Ahok.
"Kalau prajurit enggak sewa di luar, harga pasaran akan turun enggak? Turun. Saya bukan asal ngomong, aku udah tes sama orang BI kok," ujar Ahok.