Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Keberagaman Natal dari Kampung Sawah...

Kompas.com - 25/12/2016, 06:04 WIB
Kompas TV Khidmatnya Misa Malam Natal di Katedral Jakarta

BEKASI, KOMPAS.com - Dua orang pria berpeci dan mengenakan sarung melingkar di pinggang berdiri sambil membantu mengarahkan lalu lintas di depan dua gereja di Kampung Sawah, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (24/12/2016) malam.

Gereja Katolik St Servatius dan Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah yang letaknya berdekatan dengan Masjid Besar Al Jauhar itu membuat umat lintas agama saling berinteraksi pada malam Natal.

Beberapa pemuda dari Masjid Besar Al Jauhar mencarikan lahan parkir bagi jemaah dua gereja yang jarak antar bangunannya hanya sekira 150 meter.

(Baca juga: Plt Gubernur DKI Optimistis Polri dan TNI Mampu Amankan Natal 2016)

Pemuda itu juga membantu lansia turun dari kendaraan umum kemudian menyeberangkannya ke depan gereja. Nilai toleransi pun terlihat saat ibadah misa akan digelar pada Sabtu petang.

Saat itu, masjid tidak menggunakan pengeras suara terlalu kencang. Setiap umat beribadah sesuai keyakinan. Ada yang shalat, ada juga yang misa.

Namun, ketika selesai, mereka kembali membaur di luar untuk saling menyapa dan mengucapkan selamat Natal.

Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Katolik St Servatius, Matheus Nalih, mengatakan bahwa toleransi di Kampung Sawah sudah terbentuk sejak dulu.

"Kalau mau diceritakan sejak dahulu kala, bahkan sejak abad 18. Masjid dekat dengan Gereja Protestan, juga berdekatan dengan Gereja Katolik," kata Matheus Nalih di lokasi usai Misa Natal, Sabtu.

Nalih (52), putra asli Kampung Sawah, mengatakan bahwa toleransi antar-umat beragama di wilayah berjalan beriringan dengan penerapan budaya Betawi yang kental.

Menurutnya, budaya Betawi memang menjadi salah satu identitas warga Kampung Sawah.

Hal utama yang membuat toleransi beragama terbentuk di situ adalah kearifan lokal yang menjadi akar budaya warga Kampung Sawah.

Oleh karena itu, walaupun banyak pendatang, sikap toleran tidak akan hilang, tetapi terbentuk terus menerus.

"Kearifan lokal warga Kampung Sawah terbentuk karena sejak dahulu sudah terdiri dari beberapa agama dan suku. Tidak heran jika dalam satu keluarga, Bapaknya Islam dan Ibunya beragama Kristen. Merayakan hari raya sama-sama," ujarnya.

Tidak hanya itu, Nalih mengatakan bahwa dalam beberapa tahun yang lalu warga Muslim sudah biasa membantu pembangunan gereja dan warga non-muslim membantu masjid.

"Gotong-royong sangat luar biasa antar warga muslim, Kristen dan Katolik. Bahkan ada Hindu dan Budha juga," kata dia.

Selain itu, menurut dia, menerima keberagaman itulah yang membuat kehidupan antar-umat beragama di Kampung Sawah tetap terjaga selalu rukun.

Nalih mengatakan, jika ada isu SARA yang berhembus, warga kampungnya tidak terpancing hingga terbakar emosi.

"Kalau di sini, isu dari luar berhenti di telinga. Tidak terbakar karena yang berbeda agama juga sesama warga bahkan satu keluarga Kampung Sawah," kata Nalih.

(Baca juga: Ibadah Malam Natal di Polewali Berlangsung Tenang dan Khidmad)

Seorang umat Muslim sesuai menuaikan shalat Isya di Masjid Al Jauhar mengatakan, warga Kampung Sawah sangat bangga dengan identitasnya sebagai warga negara yang toleran sehingga tidak mau terpancing isu yang mengundang gesekan antar umat.

"Kami tidak mau mencoreng nama kampung kami yang sudah dikenal toleran. Biarkanlah yang ribut, kami warga yang bangga dengan keberagaman. Setiap Lebaran dan Natal, rasanya sangat meriah jika bersama-sama begini," kata Alimudin warga Kampung Sawah saat melintas di depan gereja.

Seorang ibu yang memiliki warung kopi di pinggir jalan dekat gereja itu juga berharap keberagaman ini bertahan hingga anak cucu.

"Saya Muslim, mereka Kristen. Ibadah masing-masing, tetapi saat bermasyarakat kita sama-sama, semoga akur terus sampai anak cucu nanti," katanya.

Matheus Nalih mengatakan bahwa akar budaya toleransi dan menerima perbedaan adalah benteng utama warga Kampung Sawah sehingga tidak terpancing isu dari luar.

Dialog lintas agama

Toleransi antar-umat beragama di Kampung Sawah tidak hanya terwujud dalam prosesi peribadatan atau perayaan hari raya.

Warga setempat dan pemuka agama juga kerap menggelar dialog lintas agama yang membahas keragaman budaya dan agama di Kampung Sawah.

Kegiatan itu dijadikan ajang saling mengeluarkan pendapat dan mencari solusi atas permasalahan domestik di sana.

"Ada kegiatan namanya 'ngeriung bareng' untuk mengumpulkan perwakilan tokoh lintas agama dan akademisi. Biasanya membahas komitmen bersama agar Kampung Sawah tetap harmonis," ucap Nalih.

"Melalui giat 'ngeriung bareng' yang kental dengan budaya Betawi itu, dibahas juga masalah dan solusi atas kejadian-kejadian tertentu," lanjut dia.

(Baca juga: Saat Pemuda Muslim Ambon Amankan Ibadah Natal di Gereja...)

Selain "ngeriung bareng", juga ada kegiatan bertema "sedekah bumi" yang digelar setiap tanggal 13 Mei.

Kegiatan itu digelar dengan nuansa adat Betawi yang kental sebagai identitas warga Kampung Sawah. "

Sedekah Bumi Setiap 13 Mei. Momen itu menjadi sistem persaudaraan kami," katanya.

"Keberagaman yang ada di Kampung Sawah sebenarnya bagian kecil dari Indonesia yang memang beragam suku dan agama sejak dahulu," ujar Nalih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com