Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kucing Perlu Disterilisasi?

Kompas.com - 28/01/2017, 09:48 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Jumlah kucing di Jakarta saat ini sudah mencapai ratusan ribu. Jika dalam satu RT ada 10 kucing betina dengan asumsi melahirkan 2-4 ekor dalam 3-4 kali setahun, sudah berapa jumlahnya?

Ilustrasi itu digambarkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Hewan dan Peternakan Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Renova Ida Siahaan.

“Saya pernah jumlahkan (dengan hitungan itu). Jumlahnya, sekali melahirkan bisa jadi 700.000,” ujar Renova ditemui Kompas.com, Jumat (27/1/2017).

Oleh karena itu, menurut dia, kucing perlu disterilisasi. Secara teknis, sterilisasi adalah proses pengangkatan organ reproduksi agar hewan yang bersangkutan tidak lagi menghasilkan keturunan.

Renova mengatakan, sterilisasi diperlukan untuk menjaga populasi kucing. Lagi pula, kata dia, kucing yang disterilisasi itu akan menjadi lebih sehat.

Hormon reproduksi akan beralih pada hormon tumbuh dan kembang. Maka dari itu, kucing yang sudah disterilisasi biasanya bisa bertambah berat badannya.

Sepengalamannya saat melihat di pagelaran "cat show", kucing lokal yang sudah disterilisasi bobotnya bisa sampai 10 kilogram (kg).

“Besar sekali (itu kucing). Bulunya juga bagus karena terawat. Ternyata kucing kampung yang biasa liar di jalanan juga bisa jadi sebagus itu,” ujar dia. 

Lebih sehat

Saat ditemui di tempat berbeda, Nadia Hasya, salah seorang penyayang kucing, menyampaikan hal senada.

Ia memiliki satu kucing lokal yang sudah pernah disterilisasi. Kata dia, kucing menjadi lebih sehat setelahnya.

"Fokus kucing saya jadi ke makan dan bermain. Bobotnya tidak bertambah banyak sih, tetapi memang lebih gemuk daripada sebelum disterilisasi dulu," kata Hasya. 

Kucing milik Hasya berjenis kelamin betina. Ia memutuskan sterilisasi karena trauma dengan pengalaman kucing sebelumnya yang mati setelah melahirkan.

"Memang belum tahu jelas waktu itu, kenapa bisa mati. Sepertinya dia kesakitan setelah melahirkan. Makan juga jadi susah," ujarnya.    

Meski demikian, tak semua orang berpikir bahwa sterilisasi adalah hal penting. Yunita Margina, seorang pegawai swasta, menuturkan bahwa urgensi ada pada kucing betina. 

"Kalau kucing jantan cenderung gampang memeliharanya. Lagi pula dia tidak berkembang biak," ujarnya. 

Meski demikian, kata Yunita, sterilisasi bisa jadi penting kalau kucing jantan yang dimiliki seseorang tidak pulang ke rumah berhari-hari saat masuk musim kawin.

“Kalau lagi musim (kawin) kucing kan suka berkeliaran nyari (kucing) betina. Kalau kucing saya enggak sih, (kucing) teman ada yang begitu,” ujar Yunita. 

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Kucing siap adopsi di Puskeswan Ragunan, Jakarta Selatan. Kucing ini telah disterilisasi. Gambar diambil pada Jumat (27/1/2017).

Hal yang paling dikhawatirkan saat kucing tidak pulang, kata Yunita, adalah mengalami perkelahian dengan kucing jantan lainnya.

“Kucing kan kalau sudah suka (kucing betina) sering rebutan dengan (kucing jantan) lain. Makanya pulang sudah luka-luka habis berantem. Mungkin yang begitu butuh disterilisasi,” lanjutnya.

Proses sterilisasi kucing bukanlah hal yang simpel. Menurut Renova, sterilisasi kucing ini melibatkan tim dokter.

Kucing yang hendak distrelisasi disiapkan untuk menjalani operasi besar. Umur kucing pun diperhatikan. Paling tidak sudah berusia 8 bulan-1 tahun.

Kucing betina butuh waktu 3-4 jam, sedangkan kucing jantan butuh waktu 1-2 jam. Prosesnya, mirip dengan manusia yang ingin menjalani operasi.

“Mereka (kucing-kucing itu) juga harus puasa minimal enam jam sebelum penanganan. Sudah jadi persyaratan. Pemilik harus menaati itu,” tambah dia.

Setelah menjalani operasi, kucing mungkin terlihat lemas. Renova menilai hal itu wajar karena kucing yang sudah disterilisasi memang butuh adaptasi. “Beberapa hari kemudian pasti sudah kembali normal,” ujar dia.

Sterilisasi gratis

Setiap tahunnya, UPT Pusat Pelayanan Hewan dan Peternakan Dinas KPKP) DKI Jakarta menyelenggarakan program sterilisasi kucing gratis.

Adapun pelaksanaannya ditangani oleh Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang berlokasi di Ragunan, Jakarta Selatan setiap Rabu mulai 1 Februari 2017.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Shelter kucing di Puskeswan Ragunan, Jakarta Selatan. Kucing di dalam shelter tersebut sudah siap adopsi. Gambar diambil pada Jumat (27/1/2017).

Tahun ini, kuota sterilisasi kucing gratis disediakan untuk 900 kucing. Syaratnya, pemilik kucing harus memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta.

Program sterilisasi kucing gratis ini dilakukan dalam dua gelombang. Adapun kuota gelombang pertama dalam periode Februari-Mei sudah habis.

Pendaftaran untuk mengikuti gelombang kedua dibuka mulai 4 Juli 2017.  “Kucingnya juga harus kucing lokal,” ujar Renova.

Menurut Renova, sterilisasi gratis hanya untuk kucing lokal. Di luar itu, dikenakan biaya sesuai peraturan gubernur, yakni Rp 250.000 untuk sterilisasi dan tambahan Rp 50.000 untuk biaya antibiotik.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Iseng Masukan Cincin ke Kelamin hingga Tersangkut, Pria di Bekasi Minta Bantuan Damkar Buat Melepas

Iseng Masukan Cincin ke Kelamin hingga Tersangkut, Pria di Bekasi Minta Bantuan Damkar Buat Melepas

Megapolitan
Sopir Truk Sampah di Kota Bogor Mogok Kerja, Puluhan Kendaraan Diparkir di Dinas Lingkungan Hidup

Sopir Truk Sampah di Kota Bogor Mogok Kerja, Puluhan Kendaraan Diparkir di Dinas Lingkungan Hidup

Megapolitan
Terobos Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Saya Salah dan Tidak Akan Mengulangi Lagi

Terobos Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Saya Salah dan Tidak Akan Mengulangi Lagi

Megapolitan
Pembegal Casis Bintara Polri Jual Motor Korban Rp 3,3 Juta

Pembegal Casis Bintara Polri Jual Motor Korban Rp 3,3 Juta

Megapolitan
Zoe Levana Mengaku Tak Sengaja Terobos Jalur Transjakarta, Berujung Terjebak 4 Jam

Zoe Levana Mengaku Tak Sengaja Terobos Jalur Transjakarta, Berujung Terjebak 4 Jam

Megapolitan
Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Ini Tampang Madun, Conde, Buluk, dan Kerdil, Komplotan Begal yang Bacok Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di 'Busway' atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Zeo Levana Mengaku Buat Konten Terjebak di "Busway" atas Permintaan Sopir Bus Transjakarta

Megapolitan
Masuk dan Terjebak di Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Kami Tak Sengaja

Masuk dan Terjebak di Jalur Transjakarta, Zoe Levana: Kami Tak Sengaja

Megapolitan
Pembebasan Ketua Kelompok Tani KSB Jadi Syarat Warga Mau Tinggalkan Rusun Kampung Bayam

Pembebasan Ketua Kelompok Tani KSB Jadi Syarat Warga Mau Tinggalkan Rusun Kampung Bayam

Megapolitan
Dishub DKI Tindak 216 Jukir Liar di Jakarta Selama Sepekan

Dishub DKI Tindak 216 Jukir Liar di Jakarta Selama Sepekan

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Zoe Levana Cerita Kronologi Terjebak di Jalur Transjakarta Selama 4 Jam

Diperiksa Polisi, Zoe Levana Cerita Kronologi Terjebak di Jalur Transjakarta Selama 4 Jam

Megapolitan
Tumpukan Sampah Menggunung di Kembangan, Warga Keluhkan Bau Menyengat

Tumpukan Sampah Menggunung di Kembangan, Warga Keluhkan Bau Menyengat

Megapolitan
Polisi Tilang Zoe Levana Usai Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Tilang Zoe Levana Usai Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
PPDB SMP Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur, dan Jadwalnya

PPDB SMP Jakarta 2024: Kuota, Seleksi, Jalur, dan Jadwalnya

Megapolitan
Gudang Ekspedisi di Bogor Disebut Mirip Kelab Malam, Setel Musik Kencang hingga Diprotes Warga

Gudang Ekspedisi di Bogor Disebut Mirip Kelab Malam, Setel Musik Kencang hingga Diprotes Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com