Itu pun, kadang masih disela dengan ketidakhadiran beserta berbagai alasan. Biasanya, mereka bilang orangtuanya lagi butuh uang, apalagi saat bulan puasa datang.
Saat itu, kelas belajar bisa sepi karena anak-anak lebih memilih untuk keliling mengantre sumbangan dari masjid ke masjid dibandingkan datang ke yayasan.
Namun, jatuh bangun dan sulitnya mengajar seperti itu yang membuat Ratna semakin tertantang untuk terus ada bagi anak-anak itu. Terlebih lagi, latar belakang dia yang juga berasal dari keluarga pemulung.
“Kini saya bisa sekolah sampai jenjang sarjana. Saya mau menginspirasi mereka (anak didik),” ujarnya.
Putaran uang operasional
Jatuh-bangun tidak hanya dialami pengajar. Pengurus pun mengalami hal sama. Dari mulai kabar simpang-siur hingga uang perasional yang membutuhkan biaya besar.
“Kalau gosip, sudah jadi makanan kami (pengurus). Ada banyak orang berpikir, yayasan ini jadi ladang bisnis. Padahal, kalau tahu putaran uang yang kami upayakan, mereka mungkin akan lebih prihatin,” ujar Aslih.
Ia berkisah, pernah suatu kali orang berpikir negatif tentang salah satu cabang yayasannya. Dipikirnya, mengelola yayasan semacam ini bisa menghasilkan uang banyak.
Aslih kemudian mengajak orang itu untuk menemui bendahara sekaligus pengajar. Kepada bendahara, ia bertanya berapa pemasukan yayasan bulan itu. Bendahara pun menjawab bahwa pemasukan yayasan hanya Rp 60.000.
“Kemudian saya ajak menemui tukang sapu untuk bertanya gajinya, dijawab Rp 250.000. Pusing orang itu,” ceritanya.
Aslih mengisahkan, untuk mengupayakan kegiatan operasional terus berjalan, ia dan pengurus lain pontang-panting.
Uang yayasan diputarnya dengan beberapa aktivitas bisnis. Ada rental mobil, pengolahan limbah, dan pemancingan.
“Saat ini, dari empat yayasan butuh uang operasional Rp 50-60 juta per bulan,” katanya.
Itu pun, tak cukup kalau ada pembangunan fasilitas. Padahal, yayasan mau tak mau harus ditambah fasilitasnya karena anak didik semakin banyak, seperti yang terjadi pada cabang yayasan di Curug, Parung.
Impian Aslih dan pengurus untuk membangun asrama di tempat itu harus terhenti karena terkendala biaya.