Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita Aslih Ridwan, Ustaz yang Punya Ratusan Anak Asuh...

Kompas.com - 31/01/2017, 15:32 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Itu pun, kadang masih disela dengan ketidakhadiran beserta berbagai alasan. Biasanya, mereka bilang orangtuanya lagi butuh uang, apalagi saat bulan puasa datang.

Saat itu, kelas belajar bisa sepi karena anak-anak lebih memilih untuk keliling mengantre sumbangan dari masjid ke masjid dibandingkan datang ke yayasan.

Namun, jatuh bangun dan sulitnya mengajar seperti itu yang membuat Ratna semakin tertantang untuk terus ada bagi anak-anak itu. Terlebih lagi, latar belakang dia yang juga berasal dari keluarga pemulung.

“Kini saya bisa sekolah sampai jenjang sarjana. Saya mau menginspirasi mereka (anak didik),” ujarnya.

Putaran uang operasional

Jatuh-bangun tidak hanya dialami pengajar. Pengurus pun mengalami hal sama. Dari mulai kabar simpang-siur hingga uang perasional yang membutuhkan biaya besar.

“Kalau gosip, sudah jadi makanan kami (pengurus). Ada banyak orang berpikir, yayasan ini jadi ladang bisnis. Padahal, kalau tahu putaran uang yang kami upayakan, mereka mungkin akan lebih prihatin,” ujar Aslih.

Ia berkisah, pernah suatu kali orang berpikir negatif tentang salah satu cabang yayasannya. Dipikirnya, mengelola yayasan semacam ini bisa menghasilkan uang banyak.

Aslih kemudian mengajak orang itu untuk menemui bendahara sekaligus pengajar. Kepada bendahara, ia bertanya berapa pemasukan yayasan bulan itu. Bendahara pun menjawab bahwa pemasukan yayasan hanya Rp 60.000.

“Kemudian saya ajak menemui tukang sapu untuk bertanya gajinya, dijawab Rp 250.000. Pusing orang itu,” ceritanya.   

Aslih mengisahkan, untuk mengupayakan kegiatan operasional terus berjalan, ia dan pengurus lain pontang-panting.

Uang yayasan diputarnya dengan beberapa aktivitas bisnis. Ada rental mobil, pengolahan limbah, dan pemancingan.

“Saat ini, dari empat yayasan butuh uang operasional Rp 50-60 juta per bulan,” katanya.

Itu pun, tak cukup kalau ada pembangunan fasilitas. Padahal, yayasan mau tak mau harus ditambah fasilitasnya karena anak didik semakin banyak, seperti yang terjadi pada cabang yayasan di Curug, Parung.

Impian Aslih dan pengurus untuk membangun asrama di tempat itu harus terhenti karena terkendala biaya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com