Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB: Jakarta, Bekasi, dan Tangerang Masih Rawan Banjir

Kompas.com - 21/02/2017, 18:09 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai wilayah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang masih rentan mengalami banjir. Hal itu mengacu pada banjir yang terjadi di sejumlah tempat di tiga wilayah tersebut pada Selasa (21/2/2017) ini.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, banjir yang terjadi pada hari ini menunjukkan, ada beberapa wilayah yang intensitas banjirnya mengalami peningkatan.

"Hal ini tidak terlepas dari dampak perubahan penggunaan lahan yang begitu pesat di wilayah Jabodetabek sehingga hampir 80 persen hujan jatuh berubah menjadi aliran permukaan," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Sutopo, saat ini kapasitas drainase dan sungai jauh lebih kecil dibanding debit aliran permukaan. Hal inilah yang diyakini telah menjadi penyebab terjadinya banjir dan genangan di beberapa tempat.

Sutopo menyebutkan, citra satelit Landsat tahun 1990 hingga 2016 menunjukkan permukiman dan perkotaan berkembang dengan pesat. Permukiman nyaris menyatu antara wilayah hulu, tengah, dan hilir dari daerah aliran sungai yang ada di Jabodetabek.

Berkembangnya permukiman dan perkotaan menyebabkan minimnya ruang terbuka hijau dan kawasan resapan air.

"Suatu keniscayaan air hujan yang jatuh sekitar 80 persennya berubah menjadi aliran permukaan. Bahkan, di wilayah perkotaan sekitar 90 persen menjadi aliran permukaan," ujar Sutopo.

Ia mengatakan, kapasitas sungai-sungai dan drainase perkotaan mengalirkan aliran permukaan masih terbatas. Okupasi bantaran sungai menjadi permukiman padat menyebabkan sungai sempit dan dangkal.

Ia menyebut saat ini lebar sungai hanya tinggal sekitar 5-10 meter, dari seharusnya 30 meter.

Karena itu, ia menilai relokasi permukiman di bantaran sungai adalah keniscayaan jika ingin memperlebar kemampuan debit aliran.

"Tetapi, sering kali relokasi sulit dilakukan karena kendala politik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat," kata Sutopo.

Sutopo menyatakan, penataan ruang harus dikendalikan. Caranya ialah dengan mengembalikan fungsi daerah-daerah sempadan sungai, kawasan resapan air, dan kawasan lindung.

Sutopo menilai, tindakan itu tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah.

"Harus kerja sama dengan pemerintah pusat dan pemda lain. Studi banjir dan masterplan pengendalian banjir sudah ada sejak lama. Tinggal komitmen bersama," kata dia.

Berdasarkan data BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), intensitas hujan di Jakarta dan sekitarnya tercatat Lebak Bulus 71,7 mm, Pakubuwono 106 mm, Beji 65 mm, Depok 83 mm, Gunung Mas 39 mm, Pasar Minggu 106,5 mm, Tangerang 92,5 mm, Pondok Betung 67,4mm, Cengkareng 72 mm, Tanjung Priok 115,9 mm, Kemayoran 180 mm, Dramaga 75 mm, Curug 37,5 mm, Kelapa Gading 145,4 mm, TMII 48,8 mm, Parung 21,8 mm, Jagorawi 72,5 mm, Mekarsari 60,8 mm, Leuwiliang 89,7 mm, Katulampa 35,8 mm, dan Bekasi 65 mm.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com