Di desa ini, keramik lumrah digunakan sebagai lantai rumah. Hanya beberapa rumah yang masih berlantai semen. Bangunan rumah pun banyak yang telah permanen.
Sepeda motor juga bukan hal baru bagi warga desa. Juga telepon seluler lengkap dengan earphone. Televisi pun jamak menghiasi ruang tamu.
Namun, rerumputan, semak, empang, dan kali masih menjadi tempat warga desa membuang hajat.
"Masih ada warga di desa ini yang tidak memiliki WC. Mereka membuang hajat di kebun alias 'dolbon', empang, dan sungai atau kali, " kata Manajer Advokasi Water.org Indonesia Musfarayani saat berkunjung ke desa itu.
Water.org Indonesia adalah salah satu lembaga yang memberi bantuan dana untuk pengadaan jamban dan air bersih bagi warga kurang mampu. Penyaluran dana tersebut melalui Kopsyah BMI.
Sang Sang (61), perempuan peternak kambing warga Kampung Cayur, Desa Sindang Sono, memilih mengambil kredit pompa air untuk mendapatkan air bersih. Ia mengambil kredit untuk mesin penyedot air tanah dengan kedalaman 40 meter. Ia mendapatkan pinjaman Rp 5 juta dengan periode pengembalian dua tahun.
"Saat ini, saya sudah senang karena airnya banyak. Saya tidak perlu lagi nyalur ke tetangga," kata Sang Sang yang bersuamikan seorang petani.
Setelah air bersih, Sang Sang berencana mengambil kredit lagi untuk membangun dapur. Akan tetapi, ia dianjurkan oleh penanggung jawab Kopsyah BMI Pasar Kemis untuk membangun WC dan kamar mandi.
Camat Sindang Jaya, Abdul Salam, mengatakan, sebagian warga Desa Sidang Sono adalah petani, buruh, dan pengumpul limbah dari beberapa kawasan industri, seperti di Balaraja dan Pasar Kemis.
Ia mengatakan, sejauh ini pihaknya belum melakukan program pembangunan WC dan kamar mandi untuk warga Desa Sindang Sono. Karena itu, ia sangat mendukung jika ada pihak lain yang bisa membantu warga desa meningkatkan kesejahteraan dan kebersihan lingkungan.
Akan tetapi, kata Abdul, sejauh ini warga Desa Sindang Sono sudah memiliki jamban di rumahnya.
"Di sini sudah enggak ada lagi warga yang dolbon. Tidak ada lagi warga yang buang hajat di empang atau di kali. Mereka sudah memiliki jamban sendiri," tuturnya.
Kredit
Presiden Direktur Kopsyah BMI Kamaruddin Batubara mengatakan, pihaknya menyediakan dana untuk kredit mikro tata kelola sanitasi dan kredit mikro air bersih skala rumah tangga. Hal ini mereka lakukan karena melihat masih banyak warga yang belum memiliki jamban sehingga perlu pertolongan dalam segi pembiayaan.
"Kami ingin mengembalikan fungsi koperasi sebagai salah satu lembaga yang bisa diandalkan rakyat, yaitu untuk menyejahterakan dan juga menyehatkan para anggotanya. Kami ingin memastikan masyarakat berpenghasilan rendah juga mendapatkan kesempatan memiliki jamban dan septic tank yang layak," kata Batubara.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar sangat mendukung program kredit air bersih dan sanitasi yang dikucurkan koperasi ini. Kredit ini bersinergi dengan program Gerakan Bersama Rakyat Atasi Permukiman Padat, Kumuh, dan Miskin dari Pemerintah Kabupaten Tangerang.
(PINGKAN ELITA DUNDU/Harian KOMPAS)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Mei 2017, di halaman 28 dengan judul "Demi Cucu, Jamban Dikredit".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.