Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pasien Gangguan Jiwa Melahirkan di Panti Rehabilitasi Mental

Kompas.com - 04/06/2017, 14:52 WIB
Dian Maharani,
Fidel Ali

Tim Redaksi

Menurut Marsan, Y kerap berbicara sendiri dan kadang marah-marah. Namun, masih bisa diajak bicara dan menjawab pertanyaan.

Setelah satu bulan tingal di panti, pengurus yayasan curiga Y sedang hamil. Mereka pun membawa Y ke dokter dan usia kehamilannya diperkirakan sudah 3 bulan.

Kepada Marsan, Y menceritakan sudah bercerai dengan suaminya dan pergi dari Garut untuk mencari pekerjaan.

"Mungkin dari rumah sudah stres, sampai di jalan enggak tahu ke mana arahnya. Jiwanya terganggu," kata Marsan.

Sampai saat ini tidak diketahui siapa pria tak bertanggung jawab yang menghamili Y. Belum diketahui pula apakah ia sudah dalam kondisi hamil saat di Garut atau baru mengandung saat terlantar di jalanan.

Baca: Rumah Terakhir Penderita Gangguan Jiwa

Melahirkan di panti

Tak disangka, setelah pertemuan dengan Y pekan lalu, Kompas.com mendapat kabar perempuan itu sudah melahirkan bayi laki-laki, Jumat (2/6/2017) pagi sekitar pukul 08.00 WIB.

Y melahirkan di salah satu kamar kecil yang berada di bangsal khusus perempuan. Hanya dengan beralaskan tikar, Y dibantu melahirkan secara normal oleh pengurus panti.

Marsan mengatakan, ia memang tidak sempat membawa Y melahirkan di bidan atau sebaliknya, mendatangkan bidan ke panti.

Marsan mengungkapkan, tercatat sudah ada empat perempuan dengan gangguan jiwa yang melahirkan di panti tersebut sejak didirikan tahun 2005.

"Yang pertama dulu (melahirkan di panti), kita panggil bidan, bidannya enggak mau (datang). Jadi kita nanganin (proses persalinan) karena terpaksa. Alhamdulillah diberi kemudahan," ungkapnya.

Usai melahirkan, menurut Marsan, Y tampak biasa-biasa saja. Bayi itu tak sempat digendong olehnya.

"Dia biasa aja abis melahirkan, jangankan gendong bayinya, nanya-nanyain aja enggak sama sekali, kata Marsan.

Bayi itu langsung dihangatkan dengan perlengkapan seadanya. Pengurus panti tak sempat mempersiapkan perlengkapan bayi sebelum Y melahirkan. Namun, sudah ada beberapa orang yang menyumbang untuk perlengkapan bayi itu.

Setelah dibersihkan, bayi mungil tersebut kemudian dibawa ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Marsan mengatakan, saat ini, bayi itu  akan diurus oleh keponakannya yang tinggal tak jauh dari panti.

Karena lahir di bulan Ramadhan dan di Yayasan Al Fajar Berseri pada pagi hari, Marsan terpikir untuk menamai bayi itu, Fajar Ramadhan.

Kompas TV Penyakit gangguan jiwa merupakan epidemi yang sulit dihilangkan. Di Klungkung, Bali, kerap ditemukan desa yang memasung anggota keluarganya karena gangguan penyakit ini. Pemerintah setempat sempat menyambangi desa dan memeriksa kondisi orang-orang yang menderita gangguan jiwa namun tak ditangani dengan semestinya. Mereka dipasung dan dikurung pihak keluarga. Banyak anggota keluarga yang merasa malu dan tak melaporkan kondisi keluarganya yang mengalami penyakit ini sehingga penanganannya pun tak sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika sedang kambuh, maka orang dengan gangguan jiwa bisa mengamuk dan merusak barang serta meresahkan warga sekitar. Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung mencatat sekitar 375 penderita ODGJ berat dan 384 penderita ODGJ ringan ada di seluruh Kabupaten Klungkung. Pihak pemerintah berencana akan memberikan pengobatan langsung dan para penderitanya akan dirawat oleh Dinas Sosial setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com