Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita soal Orangtua di Tangsel yang Kecewa Anaknya Tak Dapat Sekolah Dekat Rumah

Kompas.com - 14/07/2017, 16:10 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Beberapa hari lalu beredar video berisi komplain dari salah satu orangtua murid yang mengungkapkan kekesalannya karena anaknya tidak terdaftar di SMP Negeri 12 Kota Tangerang Selatan.

Dia bahkan mengancam akan telanjang di depan gerbang sekolah jika anaknya dan anak lain yang tinggal di permukiman dekat sekolah tersebut tidak terdaftar.

Video tersebut belakangan beredar dan jadi viral. Ketika dikonfirmasi, Wakil Kepala SMPN 12 Tangsel Kunardi membenarkan sosok dalam video yang dimaksud salah satu orangtua calon murid di sana.

Kunardi menceritakan, kekecewaan orangtua murid itu terjadi karena sistem basis data untuk penerimaan peserta didik baru (PPDB) bermasalah.

Baca: Diumumkan Lulus di Situs PPDB Online, Siswa Ini Ditolak Saat Daftar Ulang di Sekolah

"Ibu yang mengancam dengan berbagai tindakan sensasional itu karena (rumah) dia jaraknya kurang dari 200 meter (dari sekolah) tapi tidak diterima. Tidak diterima karena sistemnya error, data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipilnya enggak valid," kata Kunardi kepada Kompas.com, Jumat (14/7/2017) siang.

Ketentuan PPDB untuk tahun ini menggunakan sistem zonasi, di mana peluang anak bersekolah di sekolah dekat rumahnya lebih besar ketimbang mereka yang jauh dari sekolah tersebut.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menginstruksikan seperti itu agar murid tidak terlalu jauh saat berangkat ke sekolah dan meminimalkan potensi tawuran.

Karena data dari Dinas Dukcapil yang tidak valid, menyebabkan sistem menjadi keliru. Kekeliruan menyebabkan mereka yang sebenarnya berdomisili dekat sekolah malah dianggap jauh dari sekolah.

Baca: Warga Depok Diminta Melapor jika Temukan Kecurangan PPDB

Berlaku juga sebaliknya, mereka yang justru tinggal jauh dari sekolah dianggap masuk zona terdekat lalu diterima masuk sekolah tersebut.

"Jaraknya ditentukan sistem skoring, kurang dari 200 meter dari koordinat sekolah itu (langsung) masuk tanpa melihat indikator yang ini, lalu 200 meter sampai 2 km itu skornya 40, 2-4 km skornya 30, 4-6 km skornya 20, di atas 6 km skornya 10," tutur Kunardi.

Mengenai kasus tersebut, pihak SMPN 12 telah mendata dan melaporkan hal tersebut kepada Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan untuk ditindaklanjuti.

Kunardi juga menyarankan agar orangtua calon murid lain yang mengalami masalah serupa untuk bersabar sampai ada instruksi lebih lanjut dari Dinas Pendidikan selaku regulator kebijakan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com