Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukmi, TKI di Saudi, Putus Komunikasi dengan Keluarga Sejak 1995

Kompas.com - 15/07/2017, 22:17 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Sukmi binti Sardi Umar (40), TKI (tenaga kerja Indonesia) asal Maja, Lebak, Banten kehilangan kontak dengan keluarganya di Indonesia sejak ia pergi ke Arab Saudi  tahun 1995. Selama itu pula, yaitu 22 tahun, dia tertahan di Arab Saudi.

"Sukmi ini putus komunikasi dengan keluarganya sejak berangkat ke Arab tahun 1995," ujar Kepala Balai Pelayanan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Serang Gatot Hermawan, di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (15/07/2017).

Namun pihak keluarga tidak langsung melaporkan hal tersebut ke BNP2TKI selaku badan yang mengurusi TKI. Gatot menyebut, keluarga Sukmi di Indonesia bingung dan kesulitan mencari informasi di mana tempat untuk mengadukan permasalahan mereka.

"Mungkin bingung keluarga mau melapor ke mana, kemudian dapat info buat lapor ke crisis center BNP2TKI pada tahun ini," kata dia.

Komunikasi Sukmi dengan keluarga terputus karena majikan Sukmi tidak memperkenankan dia mengontak keluarganya di Indonesia.

"Bahkan gajinya selama bekerja tidak pernah di bayarkan. Kondisi Sukmi sendiri dalam keadaan depresi dan ada gangguan komunikasi," tambah Gatot.

BP3TKI Serang kemudian melakukan kordinasi dengan KBRI di Riyadh untuk adakan mediasi dengan majikan Sukmi.

"Kami berkoordinasi dengan pihak KBRI untuk melakukan mediasi kepada pihak majikan. Kini majikan Sukmi bersedia membayar seluruh haknya selama dia bekerja yaitu sebesar SR 167.600 atau setara Rp 586 juta," jelas Gatot.

Uang itu belum termasuk pengurangan biaya tiket kepulangan Sukmi ke Indonesia.

"Saat ini hak Sukmi sudah dibayarkan. Kini dititipkan di KBRI dan akan di transfer setelah Sukmi membuat rekening bank di Indonesia," kata Gatot.

Ia menambahkan, setelah tiba di Indonesia Sukmi akan dipulangkan ke daerah asalnya dengan fasilitas gratis dari BNP2TKI.

Gatot mengatakan, Sukmi tahun merupakan TKI ilegal. "Iya Sukmi ini TKI ilegal, berangkatnya nggak melalui agensi resmi," kata Gatot.

Kendati ilegal, Gatot mengatakan bahwa sudah merupakan kewajiban pihaknya untuk melindungi Sukmi, apalagi dia tidak mendapatkan gaji selama 22 tahun bekerja.

"Kalau TKI ilegal maupun legal tetap perlindungannya kami jamin, nggak ada masalah legal atau ilegal, tetap kami lindungi," imbuh Gatot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com