Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagalnya Pendidikan dan Budaya Populer Melestarikan Kebudayaan Betawi

Kompas.com - 23/06/2018, 09:47 WIB
Ardito Ramadhan,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor pendidikan dan budaya populer dianggap menjadi dua sektor yang dapat merangsang kepedulian generasi muda terhadap kebudayaan Betawi.

Sayangnya, pelestarian kebudayaan Betawi belum berhasil dieksekusi dua sektor tersebut.

Sejarawan JJ Rizal mengatakan, mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ) sebagai mata pelajaran muatan lokal di Jakarta tidak mengajarkan kebudayaan Betawi yang sesungguhnya.

Baca juga: Ondel-ondel, Ikon Betawi yang Terpaksa Ngibing dan Ngamen buat Bertahan

"Saya pernah buka pelajaran mulok itu isinya saya sendiri orang Betawi bingung ini Betawi dari planet mana karena saya enggak kenal," kata Rizal saat ditemui di Pasar Seni Ancol, Jakarta Utara, Jumat (22/6/2018).

Rizal menuturkan, materi dalam pelajaran PLBJ disusun orang-orang yang tidak memahami kebudayaan Betawi.

Kasus munculnya Kisah Bang Mamat dari Kali Pasir yang memuat cerita seputar seks, kekerasan, dan rasisme di buku pelajaran disebut Rizal sebagai salah satu akibatnya.

Baca juga: JJ Rizal Sebut Museum di Jakarta Mesti Dirombak Penampilannya

"Dalam buku-buku yang menjadi acuan mulok itu buku-buku yang dibikin orang-orang yang tidak memahami apa itu Betawi. Kenapa buku itu bisa lolos? Ya karena pejabatnya tidak memahami dan tidak mempunyai wawasan kebetawian, jadi enggak peduli," ujarnya.

Di sisi lain, Rizal menyebut budaya populer seperti stand up comedy, musik, dan film juga bisa menjadi cara efektif dalam melestarikan budaya Betawi.

Namun, kata Rizal, tak jarang unsur Betawi yang ada di budaya populer justru bersifat destruktif.

Baca juga: JJ Rizal Sarankan Gubernur DKI Punya Visi Politik Maritim

Rizal mengatakan, hal itu disebabkan unsur-unsur Betawi yang ditampilkan hanya menjadi sebatas gimmick. Ia mencontohkan penggunaan dialek Betawi yang salah kaprah.

“Misalnya cara ngomongnya seolah-olah Bahasa Betawi semua akhirannya 'e', misalnya cume, enggak ada itu orang Betawi cume adanya cuman, ya, kan? Misalnya utare, enggak ada utare, orang Betawi bilangnya ilir,” kata Rizal. 

Menurut Rizal, hal itu disebabkan wawasan soal kebudayaan Betawi yang tidak dimiliki para pelaku kebudayaan populer tersebut.

Baca juga: JJ Rizal: Konsentrasi Kami Bagaimana Situs Sejarah Selamat, Bukan Menolak UIII

"Problemnya adalah ketiadaan wawasan, akhirnya hanya jadi barang jualan. Misalnya film Benyamin Biang Kerok kemarin, itu, kan, orang enggak kenal Benyamin enggak tahu Benyamin kenapa bikin film Benyamin," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com