JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu pengusaha tempe di Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, Yoyot menolak rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk menghentikan produksi tempe selama Asian Games 2018 Agustus mendatang.
Yoyot mengatakan, ia memperkerjakan tiga karyawan pada usaha tempe turun temurun milik keluarganya itu.
"Katanya sih harus berhenti produksi selama sebulan. Saya ngasih makan istri dan keluarga saya pakai apa dong. Karyawan saya kan juga harus makan," kata Yoyo saat ditemui Kompas.com di rumahnya di Kelurahan Sunter Jaya, Kemayoran, Jumat (27/7/2018).
Yoyot mengakui sempat didatangi staf Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara untuk menyampaikan sosialisasi tentang rencana pemberhentian produksi tempe selama Asian Games 2018.
"Minggu lalu ada yang ke sini katanya staf Pemkot Jakarta Utara. Lupa ya harinya kapan, pokoknya mereka bilang harus berhenti produksi selama sebulan," terang Yoyot.
Baca juga: Pabrik Tahu Tempe yang Buang Limbah ke Kali Item Diminta Stop Produksi
Ia mengancam akan turun ke jalan jika Pemprov DKI Jakarta tetap memutuskan mereka tidak boleh memproduksi tempe selama Asian Games 2018.
"Terpaksa ya bakal demo kalau benar-benar enggak boleh produksi," kata Yoyot.
Pantauan Kompas.com di kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya, lokasinya memang berdekatan dengan Kali Sunter yang berhubungan langsung dengan Kali Item di belakang Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Kendati demikian, Yoyot menolak menolak dituding menjadi penyebab Kali Item kotor dan bau.
"Sejak zaman Soeharto Kali Item ya sudah kotor. Jangan salahin yang bikin tempe karena rumah tangga juga buang sampah ke kali," kata Yoyot.
Baca juga: Sejak Zaman Soeharto Kali Item Sudah Kotor, Jangan Salahin yang Bikin Tempe
Ia menyatakan ia tidak pernah membuang limbah tempe ke Kali Item. Ia memilih untuk mengendapkan limbah tempe untuk dijadikan pakan sapi.
"Kalau saya mengendapkan limbah tempe terus dimasukin dalam karung. Nanti ada orang-orang yang ambil biasanya dibuat pakan sapi," jelas Yoyot.
Penolakan yang sama juga diutarakan produsen tempe lainnya bernama Hasan. Saat ini ia harus menanggung biaya sekolah dua anaknya, sekaligus gaji dua karyawan dalam usaha tempe miliknya.
Ia mengaku penghasilan utama keluarganya saat ini hanya berasal dari penjualan tempe.
"Dua anak saya masih sekolah. Kalau harus berhenti produksi sebulan, gimana saya membiayai sekolah anak saya. Buat gaji karyawan juga enggak ada," kata Hasan.
Baca juga: Soal Kali Item, Anies Minta Staf Khusus Tak Ganggu dengan Opini