Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tewasnya Suporter Sepak Bola karena Tawuran di Pasar Rebo

Kompas.com - 07/08/2018, 08:46 WIB
Ardito Ramadhan,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com-Tawuran yang melibatkan suporter sepak bola kembali terulang pada Sabtu (4/8/2018) lalu.

Rombongan suporter Persitara Jakarta Utara, NJ Mania, yang hendak menuju Stadion Brigif Kalisari terlibat tawuran di sepanjang Jalan Raya Bogor, mulai dari PGC Cililitan hingga Flyover Pasar Rebo.

Satu orang NJ Mania, William Wijaya, meninggal akibat tawuran tersebut. Sementara, tiga orang lainnya mengalami luka parah akibat bacokan di beberapa bagian tubuh.


Kapolres Metro Jakarta Timur Yoyon Tony Surya Putra menyebut, tawuran dipicu oleh aksi penjarahan terhadap dagangan warga yang dilakukan sejumlah NJ Mania.

"Keterangan warga yang di sekitar TKP, suporter turun dari mobil ngambil makanan dari warung-warung gitu. Lalu dilakukan perlawanan oleh pedagang, warga marah lah," kata Tony saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (4/8/2018).

Baca juga: Begini Kronologi Tawuran di Pasar Rebo Versi Suporter Persitara

Namun, hal itu dibantah Ketua Umum NJ Mania Farid. Farid menilai, penjarahan tersebut merupakan efek dari pelemparan yang dialami oleh rombongan NJ Mania. Penjarahan, kata Farid, juga tidak hanya dilakukan oleh NJ Mania tetapi juga oknum penyerang rombongan NJ Mania.

Farid menjelaskan, tawuran disebabkan oleh aksi pelemparan yang dilakukan sejumlah warga kepada rombongan NJ Mania ketika melintas di Jalan Raya Bogor

Farid menyebut, aksi tersebut semakin parah ketika rombongan memasuki kawasan Kramat Jati. Ketika itu, warga yang diduga oknum pendukung klub sepak bola lain juga meneriakkan kata-kata provokatif terhadap NJ Mania.

"Beberapa kali pelemparan akhirnya teman-teman turun tuh, keributan mulai di situ. Ribut di situ akhirnya yang dibilang penjarahan segala macem," kata Farid seusai pemakaman William di TPU Budi Darma, Jakarta Utara, Senin (6/8/2018)

Farid juga membantah bila NJ Mania disebut membawa senjata tajam dalam perjalanan yang berujung tawuran tersebut. Sebab, mereka sudah digeledah polisi sesaat sebelum rombongan berangkat dari Stadion Tugu.

"Di situ safety dan Alhamdulillah kita dikasih jalan. Kalau memang ada senjata tajam pasti kita enggak dikasih jalan," katanya.

Baca juga: Suporter Persitara Bantah Tawuran di Pasar Rebo Dipicu Penjarahan

Pelajaran

Kematian William dalam tawuran tersebut hanya bisa menyisakan pelajaran. Ayah kandung William, Jaya Suganda, berharap NJ Mania dapat lebih dewasa supaya kejadian serupa tidak terulang.

"Semoga kejadian serupa tidak terulang lagi. Mudah-mudahan suporter Persitara lebih dewasa dan tidak terulang lagi," kata Jaya.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Pelatih Persitara, Rochy Putiray. Ia menyebut, sepak bola semestinya menjadi alat pemersatu, bukan alat pemecah belah.

""Terima kasih buat NJ Mania, saya berharap ke depan kejadian ini tidak terulang kembali. Dalam arti, apapun yang terjadi cobalah berusaha untuk lebih tenang, karena sepak bola alat pemersatu, bukan alat pemecah belah," katanya.

Sementara itu, Farid mengusulkan agar lokasi pertandingan Liga 3 Zona DKI Jakarta dipindahkan dari Stadion Brigif Kalisari supaya menghindari tawuran.

Menurutnya, lokasi pertandingan di Stadion Brigif Kalisari dapat memicu bentrok antara NJ Mania dan suporter Persija Jakarta, The Jakmania, yang merupakan rival sejak sepuluh tahun lebih.

Farid mengusulkan, lokasi pertandingan dapat dipindah ke Stadion Tugu atau Stadion Babek yang keduanya beralamat di Jakarta Utara.

"Ini kan untuk menghindari, bukan kami mencari keuntungan, kami bukan seperti itu. (Jalan Raya Bogor) ini jalur neraka, perseteruan kami dari 2006 dengan The Jak ini kami enggak tutupin, contoh di perjalanan ada riak-riak," kata Farid.

Diamankan polisi

Akibat tawuran tersebut, dua orang NJ Mania diamankan polisi sesaat setelah terjadinya tawuran.

Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kemungkinan adanya penangkapan terhadap anggota NJ Mania lainnya.

Sementara itu, Tony menyebut tiga orang korban luka akibat tawuran kini kondisinya sudah membaik.

"Dua orang yang sebelumnya kritis, sekarang sudah membaik. Satu orang bahkan sudah boleh pulang," kata Tony saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (6/8/2018).

Tony menyatakan, dua korban tawuran yang sempat kritis tersebut masih dirawat intensif di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com