Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Cheta, Penyandang Disabilitas, Jajal MRT

Kompas.com - 16/03/2019, 20:55 WIB
Cynthia Lova,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

"Nah kecuali si tuna netra ini ada yang dampingi, namun kalau tidak dia agak kesulitan. Kecuali ada suara yang dapat didengarnya," sarannya.

Baca juga: BPTJ: MRT Jangan Jadi Sumber Kemacetan Baru

Kemudian saat memasuk kereta, Cheta tampak kesulitan meraba masuk ke kereta tersebut tanpa bantuan petugas lantaran antara peron dengan masuk ke kereta jaraknya sekitar empat jari atau sekitar sepuluh centimeter.

"Jarak antara peron dengan lantai kereta yang empat jari ini dapat menyebabkan tongkat ataupun kakinya masuk ke dalam lubang tengah jarak tersebut. Harusnya cukup satu jari jarak tersebut," ujarnya.

Ia duduk di area prioritas penyandang disabilitas yang hanya terdapat pada ujung kereta di gerbong ketiga dan keempat dalam setiap rangkaian kereta.

Baca juga: Pemprov DKI dan DPRD Belum Sepakat, Pembahasan Tarif MRT Kembali Ditunda

Saat duduk di dalam kereta, voice speaker petunjuk perjalanan kurang terdengar. Ia sempat berkali-kali bertanya dirinya tengah berada dimana.

"Suaranya masih belum begitu jelas terdengar, mungkin kedepannya akan lebih bagus minimal kita bisa identifikasi ini mau turun," ujarnya.

Tampak para petugas MRT yang juga meminta pendapat masukan dari pada difabel untuk menjadi evaluasi pihaknya.

Tak terasa, sepuluh menit berlalu akhirnya sampai di pemberhentian Stasiun Senayan, Cheta tampak mencoba fasilitas toilet di stasiun tersebut.

"Toiletnya si akses ya karena ada ram dan petugas inisiatif langsung angkat tangan saya. Yang saya bingung flash di toiletnya ada di pinggir, jadi memang agak mencari-cari sih," ucapnya.

Meski demikian, wanita berumur 37 tahun ini senang menjajal fasilitas MRT tersebut. Menurutnya, fasilitas ini tidak jauh dari di Singapura maupun Malaysia.

"Overall sih bagus ya semua tampak akses, kemungkinan ini menjadi salah satu kendaraan saya kedepannya," tutupnya.

Sementara itu, bagi penumpang difabel, area prioritas hanya terdapat pada ujung kereta di gerbong ketiga dan keempat dalam setiap rangkaian kereta.

Baca juga: Pengalaman Ikut Uji Coba Publik MRT Jakarta Hari Pertama...

Adapun uji coba publik kereta MRT fase 1 dilakukan mulai 12-23 Maret 2019. Hingga 11 Maret, tercatat 184.738 orang yang mendaftar untuk mengikuti rangkaian uji coba tersebut.

Total kuota untuk uji coba tersisa sebanyak 100.862 orang dari 285.600 orang. Uji coba MRT akan dilakukan sejak pukul 08.00-16.00 WIB dengan total 98 perjalanan dalam sehari.

PT MRT Jakarta menerapkan sistem kuota saat uji coba operasi penuh kereta MRT untuk publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com