JAKARTA, KOMPAS.com - Ada puluhan ekor harimau Sumatra yang ada di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Kebanyakan dari harimau-harimau tersebut merupakan hasil pengembang biakan yang dilakukan oleh pengelola.
Salah satu perawat yang berjasa membantu induk harimau membesarkan bayi-bayi mereka ialah Budi Hidayat, seorang pria yang sudah mengabdi sebagai perawat satwa sejak 2000 di Taman Margasatwa Ragunan.
Budi mengatakan, setidaknya ada 20 ekor bayi harimau Sumatra yang ia bantu besarkan setelah puluhan tahun menjadi perawat.
Bukan perkara mudah untuk merawat bayi-bayi harimau tersebut, terlebih jika ada bayi yang kondisinya lemah dan tidak diperhatikan oleh induknya.
Baca juga: Kebakaran Lahan di Indragiri Hulu Riau Mendekati Habitat Harimau Sumatera
Ia dan rekan-rekannya harus berjaga 24 jam secara bergantian untuk memastikan kebutihan si bayi harimau terpenuhi.
"Kalau di harimau kami harus standby ya, bisa dikatakan 24 jam. Jadi itupun kami harus memberi minum susu kalau masih bayi itu, soalnya harimau itu teriak-teriak kalau haus, jangan sampai dia dehidrasi, harus terus nyusu," kata Budi Hidayat saat ditemui Kompas.com di Taman Margasatwa Ragunan, Rabu (20/3/2019).
Salah satu hal yang dianggap Budi paling sulit dalam mengurus bayi harimau yang kurang diperhatikan induknya ialah saat pertama mengajarkan si bayi minum susu dari dot.
Terkadang ia harus sedikit memaksa si bayi untuk meminum susu yang ada di botol sampai ia merasakan ada air susu keluar, setelah itu barulah mereka bisa meminum susu formula tersebut dengan lancar.
Ia mengatakan, bayi-bayi harimau yang baru dilahirkan setidaknya bisa minum susu dari botol per 15 menit sekali.
Susu tersebut diberikan apabila mereka mulai berteriak kehausan di dalam kandangnya.
Setelah memasuki usia 1,5 tahun, bayi-bayi itu akan diajarkan untuk mengonsumsi daging-dagingan lunak seperti hati ayam.
Porsinya pun perlahan-lahan ditambah oleh para perawat. Setelah gigi mereka cukup kuat, barulah diberikan daging ayam serta daging babi yang menjadi standar makanan harimau Sumatra di Ragunan.
Baca juga: BBKSDA Riau: Lokasi Warga yang Diterkam Kawasan Habitat Harimau
"Karena harimau itu memang karnivora ya, mungkin tambah-tambah saja seperti obat-obatan, biasa lebih seringnya kalsium," ujar Budi.
Budi turut menambahkan, bayi-bayi harimau yang berusia dua bulan paling rentan diserang penyakit.
Hal yang paling sering terjadi pada bayi-bayi tersebut ialah mencret. Selain diberikan obat khusus dari dokter, ia juga harus mengusahakan agar bayi-bayi tersebut tidak mengalami dehidrasi.