Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Area Nursery, Tempat Terlarang bagi Pengunjung TM Ragunan

Kompas.com - 28/03/2019, 05:30 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada satu areal yang tak bisa dikunjungi warga ketika berwisata di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.

Area tersebut adalah lokasi Perawatan Bayi Satwa atau Nursery yang berada di seberang Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan.

Pada bagian depan lokasi ditutup pagar dan terpampang tulisan larangan masuk kepada para pengunjung. Setelah melewati pagar itu terlihat sebuah ruangan bercat krem yang berisi inkubator untuk perawatan bayi satwa secara intensif.

Baca juga: Cerita Dwi Suprihadi Dicolek Gorila di Ragunan hingga Dibuat Kaget

 

Inkubator dilengkapi dengan cahaya lampu temaram. Di belakang ruangan tersebut ada beberapa kandang tempat meletakkan hewan yang mulai tumbuh besar.

"Nursery itu tempat kita membesarkan bayi-bayi satwa yang tidak dibesarkan oleh induk. Misalkan di induknya dia bermasalah, dia tidak mau menyusui atau perkembangannya kurang bagus, kita bantu," ujar Budi Hidayat, seorang pengasuh hewan yang bertugas di lokasi Nursery ketika ditemui Kompas.com.

Pengasuh hewan saat memberikan makan Jalak Bali di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jangkrik atau ulat hongkong.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pengasuh hewan saat memberikan makan Jalak Bali di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jangkrik atau ulat hongkong.

Budi mengatakan, perawatan bayi satwa yang dilakukan di Nursery diupayakan semirip mungkin dengan perawatan yang dilakukan indukan satwa. Baik itu dari segi penempatan bayi, hingga pola makannya.

"Pola makannya biasa kalau masih bayi, kita mengacu kepada indukannya, biasanya induknya ngasih berapa kali makan, cuma bedanya kita di sini susah ada makanan khusus yang khusus untuk bayi," ujar Budi.

Salah satu contoh kasus yang ditangani Budi adalah merawat seekor jalak bali yang kurang begitu diperhatikan oleh induknya.

Dari tiga ekor anak, bayi tersebut tidak mendapat cukup pakan dari si induk sehingga kondisinya lemah. Mengetahui kondisi itu, para perawat langsung memindahkannya ke ruang Nursery.

Baca juga: Cerita Budi Hidayat, Perawat yang Besarkan Bayi-bayi Harimau Ragunan

Setiap hari, Budi menjadi "ibu" bagi bayi burung tersebut dengan menyuapinya makan.

Selain makanan khusus, bayi-bayi satwa juga diberikan multivitamin agar pertumbuhan mereka tidak terhambat.

Budi kemudian menjelaskan durasi para bayi dirawat di Nursery tersebut berada-beda sesuai dengan jenis hewan yang dirawat di sana.

Jika hewan yang dirawat berjenis burung atau unggas, biasanya dirawat hingga berusia dua bulan. Sedangkan apabila yang ditangani bayi-bayi harimau, bisa memakan waktu enam sampai tujuh bulan perawatan.

"Biasanya sampai dia bisa makan sendiri, sampai dia kuat terhadap lingkungan dari panas dari dingin, sampai dia siap lah," kata Budi.

Pengasuh hewan saat memberikan makan Jalak Bali di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jangkrik atau ulat hongkong.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pengasuh hewan saat memberikan makan Jalak Bali di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Timur, Rabu (20/3/2019). Makanan yang diberikan adalah jangkrik atau ulat hongkong.

Bayi satwa yang sudah tumbuh besar tidak dikembalikan ke kandang indukannya. Alasannya, agar tak terjadi pertengkaran antara satwa-satwa yang sudah lebih dulu masuk ke kandang utama.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Salim Said Dimakamkan di TPU Tanah Kusir

Jenazah Salim Said Dimakamkan di TPU Tanah Kusir

Megapolitan
'Ada Mayday, Mayday, Habis Itu Hilang Kontak...'

"Ada Mayday, Mayday, Habis Itu Hilang Kontak..."

Megapolitan
Awak Pesawat yang Jatuh di BSD Sulit Dievakuasi, Basarnas: Butuh Hati-hati

Awak Pesawat yang Jatuh di BSD Sulit Dievakuasi, Basarnas: Butuh Hati-hati

Megapolitan
Ini Identitas Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD Tangerang

Ini Identitas Tiga Korban Pesawat Jatuh di BSD Tangerang

Megapolitan
Jenazah Korban Kecelakaan Pesawat Latih di BSD Dievakuasi ke RS Polri

Jenazah Korban Kecelakaan Pesawat Latih di BSD Dievakuasi ke RS Polri

Megapolitan
Kondisi Terkini Lokasi Pesawat Jatuh di Serpong, Polisi-TNI Awasi Warga yang Ingin Saksikan Evakuasi Korban

Kondisi Terkini Lokasi Pesawat Jatuh di Serpong, Polisi-TNI Awasi Warga yang Ingin Saksikan Evakuasi Korban

Megapolitan
Saksi: Pesawat Tecnam P2006T Berputar-putar dan Mengeluarkan Asap Sebelum Jatuh

Saksi: Pesawat Tecnam P2006T Berputar-putar dan Mengeluarkan Asap Sebelum Jatuh

Megapolitan
Dua Korban Pesawat Jatuh di BSD Telah Teridentifikasi

Dua Korban Pesawat Jatuh di BSD Telah Teridentifikasi

Megapolitan
Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Menyisakan Buntut, Bagian Depan Hancur

Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Menyisakan Buntut, Bagian Depan Hancur

Megapolitan
Ratusan Warga Nonton Proses Evakuasi Pesawat Jatuh di BSD Serpong

Ratusan Warga Nonton Proses Evakuasi Pesawat Jatuh di BSD Serpong

Megapolitan
Pesawat yang Jatuh di BSD Sempat Tabrak Pohon sebelum Hantam Tanah

Pesawat yang Jatuh di BSD Sempat Tabrak Pohon sebelum Hantam Tanah

Megapolitan
Saksi: Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong Bersamaan dengan Hujan Deras

Saksi: Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong Bersamaan dengan Hujan Deras

Megapolitan
Polres Tangsel Evakuasi 3 Korban Tewas Pesawat Latih yang Jatuh di BSD

Polres Tangsel Evakuasi 3 Korban Tewas Pesawat Latih yang Jatuh di BSD

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 2 Bakal Calon Wali Kota Bekasi, Salah Satunya Kader PDI-P

PSI Terima Pendaftaran 2 Bakal Calon Wali Kota Bekasi, Salah Satunya Kader PDI-P

Megapolitan
Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Terbang dari Tanjung Lesung menuju Pondok Cabe

Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Terbang dari Tanjung Lesung menuju Pondok Cabe

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com