Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gadis Malang yang Dicabuli, Hamil, hingga Akhirnya Meninggal Dunia karena Ayah Asuh

Kompas.com - 05/07/2019, 07:46 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - EP, remaja berusia 15 tahun ini memiliki kisah tragis dalam hidupnya. Di usia beranjak dewasa di mana teman-temannya yang lain bisa bercengkerama sambil menimba ilmu di sekolah, EP harus menghadapi realita pahit saat pulang ke rumah.

Di rumah itulah, EP harus bersama HS (71) yang menjadi ayah asuhnya sejak tahun 2017. Dia tak punya pilihan lain selain tinggal bersama orang "asing" itu. Ayahnya sakit sehingga tak bisa bekerja dan memutuskan pulang kampung. Sementara sang ibu memutuskan mencari nafkah di luar kota.

Akhirnya, EP pun dititipkan kepada HS. Di akhir tahun 2018, HS mulai menunjukkan tingkah polah aneh hingga akhirnya dia dipaksa berhubungan badan. 

Dari hubungan itu, EP kemudian hamil dan mengandung hingga 7 bulan. Dia kemudian mengalami pendarahan. Bayinya meninggal seketika, sementara EP meninggal dunia dua hari setelahnya.

Saat ini, HS sudah diamankan Polres Metro Bekasi Kota.

Kompas.com merangkum kisah gadis malang ini ke dalam 5 fakta.

1. Korban awalnya dititip kepada HS

Korban rupanya bertetangga dengan tersangka pelaku di Perumnas Rawalumbu, Jalan Blue Safir, Bekasi sejak tahun 2014. Saat itu, korban masih tinggal bersama kedua orangtuanya di perumahan yang sama dengan pelaku.

Baru tahun 2017, korban yang masih berusia 13 tahun kala itu dititipkan ke rumah HS.

"Mereka bertetangga, karena sudah akrab sekali dan ibu korban harus mencari nafkah, akhirnya dititipkan," ujar Kasatreskrim Polres Metro Kota Bekasi Kompol Imron Ermawan kepada wartawan, Kamis (4/7/2019).

Baca juga: Ibu Merantau Cari Nafkah, Alasan EP Dititipkan ke Bapak Asuh yang Menghamilinya

Imron mengatakan, saat itu korban dititipkan pada HS secara langsung oleh ibunya yang mesti merantau ke luar Jawa untuk mencari nafkah.

Widiyanto, Ketua RT 004 RW 040 yang tinggal tak jauh dari kediaman HS, membeberkan latar belakang ibu korban terpaksa merantau. Suaminya tak bisa lagi mencari nafkah karena menderita sakit.

"Ada orangtuanya dulu ngontrak di sini. Sudah tua kemudian strok, sakit, akhirnya pulang kampung," kata Widiyanto di rumahnya kemarin.

"Tahu-tahu dia nemplok di situ (kediaman HS). Kita kegolan. Kok anak orang bisa di situ kan bukan muhrimnya?" lanjutnya.

Sejak 2017 itu, korban tinggal dan diasuh HS. Menurut pengakuan HS kepada polisi, dia membiayai kebutuhan sehari-hari korban.

"Anak itu disekolahkan pelaku, dibiayai sekolah terus," ujar Kepala Bagian Humas Polres Metro Kota Bekasi, Kompol Erna Rusing Andari, Kamis pagi.

 

2. Dicabuli sejak 2018

Sejak korban tinggal serumah berdua dengan HS, warga mulai menyimpan kecurigaan.

"Kakek ini (HS) sebenarnya punya keluarga tapi untuk sementara tinggal sendiri," kata Imron.

Widiyanto juga menyimpan kecurigaan serupa.

"Ini kok mau (tinggal bersama HS)? Anaknya enggak pernah bergaul, di dalam terus juga. Ada temannya datang pun dibawa masuk," ujar Widiyanto.

Pada Desember 2018, niat bejat HS kesampaian. Saat itu, HS pura-pura minta dipijat EP yang tinggal serumah.

Baca juga: HS yang Cabuli Anak Asuhnya hingga Meninggal Dikenal Ngeyel dan Tak Bersosialisasi

"Modus yang dilakukan pelaku, korban disuruh memijit tubuh pelaku. Terjadilah sejak itu disetubuhi berulang kali sejak Desember 2018, kemudian seiring perjalanan waktu korban hamil," ujar Kasatreskrim Polres Metro Kota Bekasi, Kompol Imron Ermawan.

Seorang lansia (lanjut usia) berinisial HS (71) dicokok aparat Polsek Bekasi Timur di rumahnya di Perumnas Rawalumbu Jalan Blue Sarir, Bekasi, Rabu (3/7/2019) dinihari lalu. HS dituduh telah menghamili seorang gadis yang merupakan anak asuhnya. 

Remaja berinisial EP yang masih berusia 15 tahun itu akhirnya meninggal setelah mengalami pendarahan hebat saat melahirnya bayinya. Bayi itu, yang lahir prematur pada usia kandungan tujuh bulan, telah lebih dulu meninggal.

Kasus itu kini ditangani Polres Metro Bekasi Kota.

 

 

3. Diancam diusir

Dalam pengakuannya kepada polisi, HS yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las menyebutkan, dia tak pernah memaksakan hubungan tersebut secara eksplisit. Namun dia menciptakan kondisi dan memberikan sejumlah ancaman.

"Tidak ada (paksaan), tapi bujuk rayu dan kalau tidak (patuh) diancam diusir, tidak dikasih makan, dan lain-lain," kata Imron.

Dengan ancaman seperti itu, EP pun harus menurut. Hal ini pula yang dicurigai tetangga membuat EP tak bernah bersosialisasi ke luar rumah layaknya remaja lain.

 

4. Kematian ditutup-tutupi

Dalam perjalanan waktu, korban baru diketahui hamil ketika usia kandungan 4-5 bulan. Usia yang masih belia membuat tubuh korban kemungkinan belum siap menghadapi kehamilan. Remaja pun melahirkan secara prematur ketika kandungannya berusia 7 bulan.

"Tanggal 30 Juni, korban masuk rumah sakit dalam keadaan hamil. Akhirnya korban melahirkan seorang bayi tanggal 30 Juni. Karena prematur, bayi meninggal," kata Imron.

Imron membeberkan, HS dihantui rasa takut lantaran peristiwa itu. Dia lalu membawa pulang bayi tersebut secara diam-diam, masih pada tanggal 30 Juni itu.

"Pelaku sadar dan tahu anak itu (korban) di bawah umur dan hanya mereka berdua yang tinggal di rumah itu," kata Imron.

Baca juga: Kronologi Penangkapan Bapak Asuh yang Hamili Gadis 15 Tahun, Berawal Kecurigaan Warga

"Bayi dikuburkan di pot bunga, tidak dimakamkan, tidak dimandikan. Dia bawa pulang dari rumah sakit langsung menggali pot tanaman dengan kedalam kira-kira 30-40 cm. Lalu pelaku kembali ke rumah sakit," imbuhnya.

Keesokan harinya, yaitu pada 1 Juli 2019, korban diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit.

Namun pada 2 Juli, kondisi korban melemah sehingga diboyong kembali ke rumah sakit sekitar pukul 16.00. Dua jam berselang, korban menderita pendarahan hebat yang membuat nyawanya tidak tertolong.

"Tetangga, masyarakat curiga ibunya (korban)  belum nikah, masih di bawah umur, kok bisa meninggal pendarahan," ujar Imron.

Polsek Bekasi Timur kemudian menerima laporan dari saksi DD pada Selasa malam. Petugas lalu segera menuju ke kediaman HS di Perumnas Rawalumbu Jalan Blue Safir, Bekasi dan melakukan pemeriksaan.

Pada Rabu dini hari lalu HS akhirnya digelandang ke kantor polisi.

 

5. Tersangka tertutup dan keras kepala

Sosok tersangka HS dikenal jarang berinteraksi dengan warga sekitar. Dia disebut tak punya hubungan baik dengan tetangga.

"Dia kalau dibilangin sudah ngeyel sendiri. Enggak ada sosialisasi di sini, padahal sudah lama tinggal di sini," kata Widiyanto, ketua RT 004 RW 040 yang bermukim tak jauh dari kediaman HS.

Widiyanto lalu menyebutkan sejumlah perilaku keras kepala HS yang membuatnya jarang mendapatkan simpati tetangga

"Ranting pohon mangga di rumahnya kalau kena angin ke mana-mana itu kena tiang listrik, kena kabel, pada mati listriknya. Kami sebagai RT minta tebang, dia malah minta ganti rugi," ujar Widiyanto.

Baca juga: HS yang Cabuli Anak Asuhnya hingga Meninggal Dikenal Ngeyel dan Tak Bersosialisasi

Persoalan tanaman-tanaman di depan rumahnya yang tak begitu terawat dan membuat suasana gang jadi berantakan, menurut Widiyanto, sudah pernah disampaikan pada HS. Namun, pensiunan yang kini bekerja sebagai tukang las itu tak peduli.

"Kami tegurlah. Ini kan kompleks perumahan warga, kamu enggak bisa seenaknya sendiri," imbuhnya.

Widiyanto menyebutkan, HS sebetulnya sudah lama tinggal di Perumnas Rawalumbu Jalan Bluesafir, Bekasi.

"Tapi dia enggak pernah ngurus dokumen, anaknya ada tapi enggak tahu ke mana. Kartu keluarganya Jakarta sana," ucap Widiyanto.

Kini HS diamankan di Polres Metro Kota Bekasi. Ia disangkakan dengan Pasal 82 Juncto 76E Undang-undang Nomor 17 Tahun 2016 dan Pasal 81 Juncto 76D  Undang-undang Nomor 17 Tahun 2016. HS terancam kurungan maksimal 15 tahun dan denda maksimal Rp 15 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com