JAKARTA, KOMPAS.com - Bioskop yang tersebar di Indonesia didominasi oleh sejumlah perusahaan bioskop dengan konsep serupa. Film-film yang ditayangkan di bioskop-bioskop tersebut biasanya merupakan film komersil, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sering kali, penonton dilanda rasa bosan dengan film-film umum yang ditayangkan di hampir seluruh bioskop. Untuk itulah bioskop alternatif hadir sebagai penyegar di antara film-film arus utama yang diputarkan di bioskop-bioskop mayor.
Bioskop alternatif umumnya menayangkan film yang sulit ditemui di bioskop mayor, seperti film indie, film klasik, atau film-film satir. Berikut ini beberapa rekomendasi bioskop alternatif yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
1. Kinosaurus
Terletak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kinosaurus merupakan tempat pemutaran film alternatif yang bergabung dengan toko buku indepenen Aksara. Bioskop ini mampu menampung penonton dengan kapasitas 30 orang.
Setiap minggunya, Kinosaurus mengunggah jadwal pemutaran film beserta dengan judul film yang akan ditayangkan di akun Instagramnya @kinosaurusjakarta. Jadwal bulanan bisa diunduh lewat situs resminya di www.kinosaurusjakarta.com.
Biaya untuk menonton film di Kinosaurus sangat terjangkau, Rp 50.000 untuk umum dan Rp 35.000 untuk pelajar. Pembelian tiket atau yang disebut KinoPass dilakukan langsung ditempat kurang lebih satu jam sebelum waktu penayangan film dimulai.
2. Subtitle
Dengan konsep privat, Subtitle hadir di lantai basement Dharmawangsa Square. Kapasitasnya dibatasi untuk enam sampai delapan orang. Penonton juga bisa memilih untuk memesan ruang pemutaran film sebagai penggunaan pribadi selama maksimal dua jam.
Pada hari biasa, biaya menonton di Subtitle adalah Rp 185.000 per sesi untuk satu studio. Sementara, pada akhir pekan, biaya per sesinya menjadi Rp 240.000.
Uniknya, Subtitle memperbolehkan penontonnya untuk membawa film yang ingin ditonton sendiri melalui DVD, flash disc, atau pun hard disc.
3. Cinespace
Ruang nonton alternatif yang satu ini terletak di kawasan Gading Serpong, Tangerang. Tempat ini hanya beroperasi pada hari Kamis hingga Minggu mulai pukul 13.00 WIB sampai 20.00 WIB.
Sama seperti Kinosaurus, setiap minggunya Cinespace juga mengunggah jadwal penayangan film di akun Instragramnya @cine_space. Ruang nonton ini digagas oleh sutradara Nia Dinata. Oleh sebab itu, sering diadakan diskusi film dengan para artis dari film-filmnya.
Di Cinespace, selain ruang pemutaran film, ada pula pantry sederhana di bagian belakang ruang. Di sana, terdapat meja dan bangku-bangku kecil untuk bersantai sambil meminum kopi.
4. Paviliun 28
Selain berfungsi sebagai bioskop alternatif, Paviliun 28 juga dijadikan kedai. Lokasinya ada di sekitar kawasan Gandaria Utara, Jakarta Selatan.
Keunikan Paviliun 28 terdapat pada sajian makanannya yang khas dan tradisional. Pengunjung yang hadir diberi kesempatan untuk menonton sambil menyantap makanan tersebut.
Dengan kapasitas 30-40 orang, tempat ini menayangkan film dengan konsep berbeda setiap harinya. Paviliun 28 juga membuka kesempatan bagi seniman yang ingin memperkenalkan karyanya.
5. Kineforum
Kineforum merupakan bioskop yang dihadirkan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Berlokasi di Taman Ismail Marzuki (TIM), bioskop ini memberikan pilihan tayangan alternatif, seperti film-film kontemporer, film pendek, dan film-film non arus utama lainnya.
Bioskop ini mampu menampung sebanyak 45 penonton. Biaya penyewaannya Rp 1 juta untuk dipakai selama tiga jam.
Hadirnya Kineforum dilatarbelakangi oleh kegelisahan DKJ akan dominasi bioskop komersil tanpa ada ruang untuk film non-komersil. Selain mengadakan pemutaran film, bioskop ini juga sering kali mengadakan diskusi dan acara-acara budaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.