Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Tumpukan Sampah di Kali Jambe Tambun Utara

Kompas.com - 31/10/2019, 07:08 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Aliran Kali Jambe di Kabupaten Bekasi kembali tertutup tumpukan sampah, setelah sebulan lalu insiden serupa terjadi di kali yang sama.

Namun, kali ini, tutupan sampah terjadi di Desa Satriajaya, Tambun Utara.

Kompas.com merangkum lima fakta mengenai tutupan sampah di Kali Jambe tersebut:

1. Tiga hari tak diangkut

Pemerintah Kabupaten Bekasi belum juga membersihkan tumpukan sampah di aliran Kali Jambe, Desa Satriajaya, Tambun Utara hingga Rabu (30/10/2019).

Padahal, panjang tumpukan sampah hanya 200 meter dan sudah terjadi sejak Minggu (27/10/2019) lalu.

Aparat pemerintah sempat datang melihat-lihat. Warga pun gemas.

"Saya harap dari dinas terkait, terutama dari pihak pemda, bupati, harusnya disikapi secepatnya," jelas Sekretaris Desa Satriajaya, Muhamad Jamaludin ketika ditemui wartawan.

"Jangan hanya sebatas memantau. Warga juga bisa kalau hanya mantau," ia menambahkan.

2. Sampah kiriman

Mulyoto, warga yang saban hari beraktivitas di pos dekat kali mengatakan, aliran sampah selalu terbawa arus dari hulu, sehingga sampah di Kali Jambe merupakan pemandangan lazim.

Malah, kadang-kadang ada benda tak masuk akal yang mengalir bersama sampah di Kali Jambe, seperti bangku, sofa, hingga kasur.

Namun, baru kali ini sampah kiriman itu menumpuk parah.

"Bisa jadi di sana hujan dari hulunya. Air ngalir sampahnya pada ke sini. Ada pasar juga kan di sana, Pasar Graha, itu jadi pasar di pinggir kali," ujar Mulyoto ditemui Kompas.com, Rabu siang.

"Maaf-maaf kata, sampahnya bukan dari perumahan sini karena sudah dikumpulin, orang kita bayar tiap bulan," ia menambahkan.

Sementara itu, Karti, warga yang rumahnya berseberangan persis dengan Kali Jambe mulanya mengira bahwa aliran sampah yang datang pada Minggu (27/10/2019) sore, akan mengalir seperti biasa.

"Sekitar maghrib datangnya (sampah), orang sebelumnya belum ada sampah datang atau air jalan. Begitu isya langsung berhenti," ujar Karti ditemui Kompas.com, Rabu siang.

3. Jadi arena bermain anak-anak

Mulyoto mengungkapkan, saking padatnya tumpukan sampah sepanjang 200 meter itu, anak-anak menyulapnya jadi arena bermain di kala petang.

"Anak-anak kalau sore pada nyeberang. Itu ada kursi di tengah (kali), mereka duduk-duduk di tengah," kata Mulyoto.

Sejumlah anak yang ditemui Kompas.com di sekitar Kali Jambe membenarkan hal itu.

Mereka menyeberangi Kali Jambe lewat tumpukan sampah. Tak ada satu pun dari mereka yang terjeblos ke dalam air.

Padahal, sampah-sampah yang menggenang di sana terdiri dari beberapa bahan yang ringan, seperti gabus dan plastik.

4. Respons Dinas lingkungan Hidup

Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Bekasi, Dody Agus Supriyanto mengklaim jajarannya siap membersihkan tumpukan sampah di Kali Jambe.

"Kami sih sudah siap mobil, tinggal alat beratnya. Nah alat beratnya enggak tahu, menunggu Dinas PUPR. Kita mah sudah siap," ujar Dody melalui telepon, Rabu siang.

Namun demikian, ia tak mau menyebut jumlah pasti personel dan armada yang siaga mengangkut sampah di Kali Jambe. Ia hanya menyatakan kesiapannya saja.

"Ya pokoknya kita sudah siapin saja. Yang sudah-sudah kan kita juga nerjunin banyak," kata Dody.

5. Terkendala operasional alat berat

Dody menekankan, pengangkutan sampah di Kali Jambe memerlukan alat berat. Selain lebih efektif, juga mengurangi risiko keselamatan anggotanya.

Soalnya, ketika terjun dalam operasi pengangkutan sampah di Kali Bahagia pada awal Agustus 2019 dan Kali Jambe di Tambun Selatan pada awal September 2019, anak buah Dody ada yang kehilangan ponsel dan tertusuk paku.

"Intinya, saya harus pakai alat berat. Jangan ngorbanin anak buah saya," ujar Dody.

Namun, dalam operasi pengangkutan sampah di kali-kali lain sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas PUPR selalu saling tunggu. 

Pengerahan alat berat selalu jadi problem, karena diperlukan petugas kebersihan untuk mengangkut sampah. Namun alatnya dimiliki oleh Dinas PUPR.

Dody mengklaim, sudah coba menghubungi Dinas PUPR untuk berkoordinasi mengerahkan alat berat.

Nur Chaidir selaku Kepala Bidang Pengendalian Sumber Daya Air (PSDA) Dinas PUPR tak menanggapi pesan singkatnya sejak dua hari lalu.

Kompas.com dan awak media lain juga sempat meminta konfirmasi pada Chaidir, tetapi tidak berjawab.

"Jangankan warga, saya juga minta cepat. Kita lagi menunggu Dinas PUPR. Kalau punya saya mah langsung cepat, enggak pakai A, B, C, D, E, langsung saya turunin," imbuh Dody.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com