Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Bocah Berkebutuhan Khusus yang Dipasung Ayahnya Tewas Saat Kebakaran

Kompas.com - 19/11/2019, 10:37 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Kebakaran melanda sebuah rumah di Gang Sayur Asem, RT 014/004, Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Minggu (17/11/2019) sore.

Api muncul dari rumah kontrakan yang ditempati Suhin. Kebakaran itu diduga karena anak Sohin, Z (10) yang berkebutuhan khusus dan dirantai, bermain api. Api lalu menyulut barang-barang lainnya.

Akibat kebakaran tersebut tiga kontrakan hangus terbakar. Z juga tewas karena terjebak saat kebakaran terjadi.

Kronologi

Rida (50), warga setempat mengatakan, peristiwa kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.  Dia menduga, Z memainkan api saat ditinggal bapaknya yang bekerja serabutan. 

"Karena bapaknya kan suka merokok. Mungkin dia mainin korek atau apa, kena kasur jadi terbakar semuanya,"ujarnya.

Baca juga: Dipasung Bapaknya, Anak Tewas Terjebak Kebakaran di Tangsel

Saat kebakaran, Rida sedang berada di kawasan Parung, Bogor. Ia mendapat telepon dari warga setempat yang memberi tahu bahwa kontrakan tempat Suhin tinggal terbakar.

Dia meminta warga setempat untuk membantu memadamkan api di rumah Suhin. Di rumah itu ada Z yang diurus Rida sejak ibunya meninggal 40 hari lalu.

"Saya lagi nggak ada di sini, dapat telepon dari warga kalau rumahnya terbakar. Saya minta untuk ditangani. Z ini kan memang selama ibunya meninggal 40 hari lalu saya yang urusi," ucapnya.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tangerang Selatan Uci Sanusi mengatakan, petugas baru menerima laporan kebakaran sekitar pukul 15.45 WIB.

Dua unit mobil damkar meluncur ke lokasi kejadian.

"Di TKP terhambat portal dan gang sempit. Saat tiba di lokasi, dilakukan pemadaman dan pendinginan," kata dia.

Korban tewas berkebutuhan khusus. 

Menurut Rida, Z merupakan bocah berkebutuan khusus. Jika bermain keluar rumah, Z dapat mengacak-ngacak beberapa warung kelontong. 

Karena itulah, Z dirantai bapaknya, Suhin, dirumah kontrakan berukuran sekitar 3x6 meter persegi itu.

"iya (dirantai) karena anak ini hiperaktif banget. Bisa kabur kemana-mana. Jadi kalau saya pikir nggak bisa disalahkan juga bapaknya merantai itu," kata Rida.

Rida sempat mengurus Z setelah ibunya, Wagiani, meninggal dunia akibat penyakit gagal ginjal.

Rida mengaku sempat kelelahan menjaga bocah itu karena Z selalu ingin ke luar rumah.

"Saya juga sempat mengurusnya, 24 jam aja saya urus nggak sanggup saya. Saya mau salat saya bawa. Jam 3 pagi loncat pagar," kata dia.

Kebakaran dua kali

Kebakaran di Gang Sayur Asem pada hari Minggu itu merupakan yang dua kali. Lokasinya sama di kontrakan yang ditempati Z dan bapaknya.

"Sebelumnya kebakaran juga pernah terjadi satu bulan lalu. Jadi kebakaran sudah dua kali sama yang kemarin," kata Rida.

Menurut Rida, pada kebakaran sebelumnya, Z yang saat itu dirantai Suhin diduga menyalakan kompor.

Baca juga: Punya Anak Berkebutuhan Khusus, Keluarga Korban Kebakaran di Tangsel Sempat Sulit Cari Kontrakan

"Api kebakaran yang sebelumnya dari kompor yang dinyalakan Z. Karena mungkin lapar kali ya. Bapaknya kan kerja," ujar Rida.

Kebakaran yang pertama bisa ditangani warga setempat dengan cepat. Beberapa penghuni kontrakan lain yang berdekatan dengan tempat tinggal Z berupaya memadamkan api yang saat itu belum terlalu besar.

Menurut Rida, akibat kejadian kebakaran pertama tersebut beberapa tetangga Z ketakutan. Dua kontrakan di sebelah kanan yang bertetangga dengan Z memutuskan untuk pindah.

Sempat dirawat Dinsos

Dinas Sosial (Dinsos) Tangerang Selatan (Tangesel) sebelumnya pernah merawat Z. Z dibawa ke rumah singgah pada Maret 2019.

"Iya benar korban kebakaran adalah Z, penyandang disabilitas yang dulu awalnya dipasung, dikurung oleh orang tuanya kemudian kami jemput, kami bawa ke rumah singgah sosial," ujar Kepala Dinas Sosial Tangerang Selatan, Wahyunoto Lukman saat dihubungi, Senin.

Z lalu diberi pakaian layak dan makanan.

"Dibersihin, diberi kebutuhan dasar pakaian, pangan, dirawat, dilayani di rumah singgah," ujar Wahyunoto.

Namun, pada Mei 2019 orang tuanya meminta untuk kembali mengasuhnya.

Sebelum menyerahkan, Dinsos memberikan pemahaman agar Z tidak lagi dipasung.

"Orang tuanya setelah kami kasih pemahaman dan pengertian kemudian sadar tidak akan memasung anaknya lagi. Mereka meminta dan siap mengasuh sendiri, ya kami serahkan kembali ke orang tuanya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com