"Ya kita menyikapinya sabar aja. Tahun depannya (2017) kita tetap jualan ke Jakarta. Alhamdulillah udah ada yang beli lagi meskipun enggak langsung untung banyak kayak dulu," ujar Saima.
Saima dan Ujang ditemani orang-orang terdekat mereka yang berasal dari Sukatani, Kabupaten Bekasi. Pedagang dari kiri dan kanannya adalah tetangga dan keluarga mereka sendiri.
"Samping kanan saya ini mamang saya. Samping kiri saya sampai ujung tetangga saya semua," ujar Saima.
Baca juga: Perayaan Tahun Baru di Kabupaten Semarang Tanpa Tiupan Terompet
Saima mengatakan bahwa kampungnya, Sukatani, Kabupaten Bekasi memang banyak yang berprofesi sebagai perajin terompet dan menjualnya di Jakarta, khususnya daerah Glodok.
"Makanya kami nanti satu hari sebelum malam tahun baru pindah dari sini (Pinangsia) ke Lokasari. Bakal lebih ramai di sana soalnya, apalagi kalo udah mepet malam tahun baru," ujar Saima.
Selain menjadi pengrajin, saat sedang tidak musim terompet, kegiatan Saima adalah nandur (nanam mundur) padi di sawah dan berjualan kue.
Meskipun isu bakteri hanya membawa kerugian saat tahun 2016, Saima sadar bahwa rintangan yang harus ia hadapi dalam berjualan tidak hanya itu. Belakangan ada pula terompet-terompet plastik dari Cina yang beredar di pasaran.
Meski begitu, Saima merasa tetap banyak keuntungan dalam membeli terompet buatan pedagang lokal ini.
Kenaikan harga terompet dari tahun ke tahun tidak begitu drastis. Umumnya masih berada di kisaran Rp 6.0000-Rp 15.000.
Menurutnya, kisaran harga yang telah ditetapkan para penjual terompet tergolong murah karena mereka pun membuatnya tetap dengan ketelitian.
Mereka harus teliti sejak mulai dari membuat kerangka terompet, memberi lem lembaran kertas warna-warni ke atas kerangka terompet, sampai menyatukan mulut terompet dengan badan terompet.
"Kesulitan pasti ada ya. Paling susah itu jagain bambu yang buat ditaro di mulut terompet. Itu bambu enggak boleh basah dikit karena bakal enggak bisa diitup nanti terompetnya. Jadi harus dijemur di bawah matahari terus sebelum dipasang," ujar Saima.
Proses produksi terompet ini sudah dicicil sejak bulan Agustus. Mereka mencicil pembuatan terompet karena satu harinya mereka hanya bisa membuat 30-40 buah terompet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.