Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Batan Indah Tak Khawatir dengan Radiasi Nuklir di Area Perumahan Mereka

Kompas.com - 17/02/2020, 13:37 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Kemunculan radiasi nuklir yang ada di lahan kosong Perumahan Batan Indah, Kademangan, Setu, Tangerang Selatan, tak membuat warga setempat khawatir.

Sebab, besaran radiasi yang ditimbulkan dari radioaktif Caesium-137 tak seperti disebutkan belakangan ini.

Salah satu warga yang juga mantan pegawai Batan, Agung Wahyu Kencono mengatakan, titik paparan radiasi radioaktif tersebut telah ditangani oleh pihak ahli dalam hal ini Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapetan) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

Hal itu membuat dia tidak khawatir dengan kemunculan radiasi nuklir ini. Terlebih, garis peringatan yang diberikan Bapeten tak lebih dari 10 meter.

Baca juga: 9 Warga Batan Indah Akan Diperiksa Kesehatannya Terkait Temuan Radiasi Nuklir

"Sebenarnya biasa saja, yang terusik seolah terekspos seolah daerah kami ini yang berbahaya. Ada garis kuning dari Bapeten itu sudah biasa. Kalau dari intensitas pancaran ini bukan dari reaktor sana. Karena terlalu kecil untuk meradiasi lebih dari 10 meter kan," kata Agung saat ditemui di lokasi, Senin (17/2/2020).

Agung yang pernah menjabat sebagai kepala Balai Teknologi Fisika di Pusat Teknologi Saint Materi di Batan tahun 1986 hingga 2000 mengetahui betul besaran paparan radiasi limbah radioaktif Caesium-137 yang ada saat ini.

Bahkan, kata Agung, radiasi ini justru lebih rendah dibanding saat Ia bekerja di tengah reaktor yang ada di kawasan Pusat Penelitian dan Pengetahuan Teknologi (Puspiptek) kala itu.

"Bisa dilihat sendiri tanaman di situ tidak ada yang rusak, tapi subur semua. Sederhananya itu aja. Padahal kita (saat bekerja) semacam hal yang di bawah bahaya yang kita alami di dalam, karena kita tahu kalau di dalam paparan lebih besar," katanya.

Baca juga: Menunggu Terungkapnya Asal Serpihan Radioaktif di Batan Indah, Tangsel

Saat ini, pria yang pernah menjadi dosen Teknik Industri UGM selama tahun 2000 hingga 2006 ini mengaku heran dengan respons masyarakat yang berlebihan.

Padahal, bagi warga yang ingin beraktivitas seperti biasa dengan jarak lebih 25 meter dari titik keberadaan radioaktif sudah cukup aman.

"Kita terusik karena banyak ekspos seolah-olah ini seperti besar sekali. Akhirnya kita dibanjiri sama teman dan saudara yang menanyakan keadaan kami. Ini jadi lebih tidak nyaman dari sebelumnya," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com