Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecemasan Warga Kampung Muka di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 13/04/2020, 22:11 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Virus SARS-CoV-2 atau virus corona tipe 2 sudah menyebabkan 399 orang meninggal di Indonesia sejak pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo 2 Maret lalu.

Virus itu tak hanya mengancam nyawa. Perekonomian warga juga jadi morat-marit gara-gara  virus tersebut. Soalnya, akvitas orang jadi serba terbatas dan hal itu membuat roda perekonomian tersendat.

Pedagang-pedagang kecil seperti penjual nasi goreng, mie ayam dan martabak juga dibuat pusing kepala karena dampak lanjutan Covid-19. Rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya pada penghasilan harian harus mengencangkan ikat pinggang di tengah pandemi yang belum terlihat ujungnya.

Baca juga: Warga Tak Ber-KTP Kota Tangerang Bisa Dapat Bantuan Terdampak Covid-19

Pedagang kecil yang terdampak itu banyak terdapat di Kampung Muka, Ancol, Jakarta Utara. Kebanyakan penghuni permukiman padat penduduk itu berkerja sebagai pedagang kaki lima yang biasa berjualan di tempat wisata Kota Tua.

Semenjak Pemerintah Provinsi DKI menutup lokasi wisata tersebut karena Covid-19, mayoritas dari mereka kehilangan sumber pendapatan.

Satu-satunya harapan dalam melanjutkan hidup hanyalah uang yang sempat disisihkan sewaktu mereka masih berjualan.

Hal itu disampaikan Sutrisno, tokoh masyarakat Kampung Muka ketika dihubungi Kompas.com, Senin (13/4/2020).

"Kebanyakan warga sudah kayak terlantar. Banyak pedagang-pedagang bahkan yang bekerja juga sudah enggak punya penghasilan sama sekali," kata Sutrisno.

Bantuan dari pemerintah yang dijadwalkan akan dibagikan pada hari ini pun belum ada kabarnya. Mereka sudah didata tetapi bantuannya belum tiba.

"Namanya saya yang dituakan di sini, pas pendataan... itu dari PKK. Nah, saat itu enggak semua didata. Terus pada nanya ke saya, 'kenapa enggak didata, padahal iuran-iuran kan selama ini kita bayar, masak enggak didata'," ucap Sutrisno.

Sutrisno mengemukakan, kebanyakan yang tinggal di tempat itu bukan warga Jakarta. Mereka merupakan perantau-perantau dari berbagai daerah yang mengadu nasib di Jakarta.

Selain sulit memenuhi kebutuhan perut, mereka juga dilanda kekhawatiran mengenai tempat berteduh.

Warga yang kebanyakan mengontrak sadar bahwa mereka harus terus membayar sewa pabila tetap tinggal di sana.

"Kalau yang punya kontrakan pengertian dengan kondisi kayak gini ya dibiarin aja. Tapi kan enggak semua begitu, ada juga yang terpaksa harus keluar," ujar Sutrisno.

Rasa was-was diusir dari rumah tapi tak diterima di kampung halaman menghantui warga yang tinggal di rumah-rumah sewaan itu.

Stres, panik, khawatir. Itu yang saat ini mereka rasakan. Satu-satunya yang bisa dilakukan untuk membunuh semua perasaan itu ialah mengobrol dengan tetangga yang merasakan hal yang sama.

Himbauan phisical distancing kadang-kadang mereka abaikan demi membicarkan topik "kapan bantuan akan datang?" atau "kapan semua ini berakhir?".

Di tengah segala ketidak pastian itu, mereka terus berharap kepada Tuhan dan pemerintah.

"Harapannya semua yang ada di sini bisa dapat bantuan. Biarlah dikit tapi dapat semua," kata Sutrisno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com