Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Punya Sumber Gempa, Jakarta Tetap Rawan Guncangan karena Tanahnya Lunak

Kompas.com - 08/07/2020, 20:26 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta disebut tetap menjadi wilayah yang rawan terdampak guncangan meskipun tak punya sumber gempa di wilayahnya.

Bukti teranyar, guncangan terasa hebat kemarin (7/7/2020) ketika sumber gempa ada di selatan Lebak, Banten yang terpaut sekitar 100 kilometer dari Jakarta.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono mengungkapkan, fenomena ini disebabkan karena tanah di bawah Jakarta merupakan tanah lunak.

"Di Jakarta, sebenarnya sampai sekarang belum ditemukan sumber gempa besar. Tetapi, Jakarta selalu memiliki respons gempa yang lebih kuat jika terjadi gempa ketimbang tempat lain, karena Jakarta tanahnya tanah lunak," jelas Daryono saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (8/7/2020).

Baca juga: Jauh dari Lebak, Mengapa Gempa Kemarin Terasa Kuat di Jakarta?

Rambatan gempa dari jauh yang justru terasa hebat di Jakarta disebut fenomena "efek tapak" atau local site effect, di mana kondisi tanah suatu wilayah tak bisa meredam guncangan.

Daryono menjelaskan, tanah di bawah Jakarta didominasi tanah aluvial hasil endapan ratusan atau ribuan tahun dari erosi di pegunungan wilayah Bogor.

Tanah lunak ini cukup tebal, khususnya mengarah ke pesisir, sehingga sulit untuk mengebor Jakarta hingga menemukan lapisan batuan padat di bawah tanah.

"Karena sifat tanah lunak tadi mengamplifikasi guncangan," kata Daryono.

"Artinya, tingkat kerusakan akibat gempa tidak hanya ditentukan oleh magnitudo atau jarak dengan sumber, tetapi tanah sangat menentukan," imbuh dia.

Praktis, setiap kali ada tumbukan lempeng di pesisir selatan Jawa, maka guncangan akan terasa di Jakarta.

Baca juga: Update 8 Juli: Kasus Covid-19 di Jakarta Tambah 344, 54 di Antaranya WNI yang Pulang dari Luar Negeri

Keadaan akan berbahaya bagi warga Jakarta jika gempa di pesisir selatan Jawa cukup kuat dan dangkal.

Peristiwa gempa di masa lalu sudah cukup untuk menjadi bukti. Tahun 1699, Jakarta (saat itu Batavia) mengalami kerusakan karena gempa hebat di pesisir barat daya Banten.

Tahun 1780, lanjut Daryono, pun keadaan tak jauh berbeda.

Memasuki milenium baru, Jakarta pun ikut berguncang walau tak sampai hancur, ketika tsunami melanda Pangandaran pada 2006 dan gempa bumi mendera Tasikmalaya 2 tahun berselang.

"Efek tanah lunak tanah yang tebal, jika terjadi gempa dia akan mengalami resonansi. Resonansi itu dampaknya membuat amplifikasi gelombang gempa, perbesaran goncangan," jelas Daryono.

"Itu yang kemarin terjadi. Hampir semua orang merasa. Dan itu lebih terasa pada orang yang ada di tingkat yang lebih tinggi, misalnya di lantai 10 ke atas. Karena itu efek swing atau ayunan dari bangunan itu," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com