Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari ini, KCI Resmi Larang Penumpang KRL Pakai Buff dan Masker Scuba

Kompas.com - 21/09/2020, 11:37 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mulai menerapkan pelarangan penggunaan buff dan masker jenis scuba terhadap seluruh penumpang KRL Jabodetabek, Senin (21/9/2020).

Pihak KCI mewajibkan para pengguna KRL untuk memakai masker medis atau masker kain yang terdiri dari tiga lapis.

VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba menuturkan, larangan tersebut diterapkan sebagai upaya lanjutan untuk menekan penyebaran Covid-19 di dalam KRL.

"Mulai hari ini, KCI sudah mewajibkan seluruh pengguna KRL untuk memakai masker kain yang terdiri dari tiga lapisan atau masker kesehatan yang digunakan sekali pakai," ujar Anne, saat dikonfirmasi.

Baca juga: PT KCI Nilai Masker Scuba Tak Efektif, Ini Penjelasan Pakar

Anne mengatakan, penggunaan masker kain atau masker medis terbukti efektif mencegah droplet atau cairan yang keluar dari mulut dan hidung.

Ia mengklaim, aturan larangan tersebut sudah dapat diikuti dengan baik oleh para pengguna KRL.

Selain itu, sambungnya, protokol kesehatan seperti menjaga jarak, pengukuran suhu tubuh, mencuci tangan, juga tetap berlaku saat berada di stasiun maupun di KRL.

"Semua upaya yang dilakukan KCI perlu dukungan dan kerja sama dari seluruh pengguna untuk menekan penyebaran Covid-19," kata Anne.

Masker yang tidak efektif tahan virus

Dian Burhani, S. Si, M.T, peneliti di Pusat Penelitian Biomaterial LIPI mengatakan, salah satu faktor yang menentukan efektivitas masker untuk mencegah penyebaran virus corona adalah ukuran pori material bahan.

“Virus corona ini kan ditularkan melalui droplet. Jadi, agar efektif memang ukuran pori bahan masker harus lebih kecil dari ukuran droplet,” ujar Dian kepada Kompas Sains, Rabu (16/9/2020).

Dian menambahkan, jika dibandingkan dengan masker N95 yang porinya 14 mikron, masker scuba cenderung memiliki pori yang lebih besar, yaitu sekitar 30-40 mikron.

Baca juga: Per Hari Ini Penumpang KRL Dilarang Pakai Scuba dan Buff, Lalu Jenis Masker Apa yang Diizinkan?

 

Selain ukuran porinya lebih besar, hal lain yang membuat masker scuba diragukan efektivitasnya adalah karena masker ini hanya satu lapis.

“Kalau hanya memakai masker satu lapis, khawatir droplet menempel pada bagian luar masker scuba dan lama-lama meresap melalui pori masker, yang kemudian akan langsung mengenai mulut dan hidung kita,” ujar dia.

Selain masker N95 dan masker bedah, menurut Dian, masker yang terbilang efektif mencegah penyebaran virus corona adalah masker katun tiga lapis.

Bukan tanpa alasan masker katun tiga lapis memiliki perlindungan yang lebih maksimal. Pasalnya, setiap bagian masker memiliki fungsi perlindungan masing-masing.

Dijelaskan Dian, masker lapis pertama di bagian dalam berfungsi untuk menyerap cairan yang keluar dari mulut kita, lalu lapisan kedua di bagian tengah berfungsi sebagai filter kuman, dan lapisan ketiga di bagian luar berfungsi melindungi kita dari droplet orang lain.

Meski banyak orang mengeluhkan rasa tak nyaman saat memakai masker tiga lapis, Dian meyakinkan bahwa masker tiga lapis tidak akan membuat pemakainya kesulitan bernapas.

“Memang terasa agak tidak nyaman. Tapi, masker tiga lapis ini lebih aman. Jika saat pemakaian mulai terasa pengap, bisa dilepas dan diganti dengan masker baru. Maksimal untuk penggantian masker setiap empat jam sekali,” jelas Dian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com