JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1/2021) menggetarkan hati Hence Kertajaya, salah satu penyelam relawan dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI).
Hence menjadi satu dari banyaknya penyelam yang ikut terlibat dalam pencarian korban dan material pesawat yang terhampar di lautan.
Kepada Kompas.com, Hence menceritakan pengalamannya saat mengevakuasi korban dan material pesawat.
Pada Minggu (10/1/2021), Hence bersama penyelam lain berangkat ke titik lokasi pencarian menggunakan kapal KM Wisnu.
Baca juga: Sosok Okky Bisma, Korban Sriwijaya Air SJ 182 Itu di Mata Ayahnya
"Saya berangkat Minggu, kebetulan saya karena keadaan darurat langsung berangkat ke sana (JICT II, Tanjung Peiok). Jadi saya sendiri dari POSSI kemudian gabung dengan Basarnas," kata Hence saat diwawancara melalui sambungan telepon, Rabu (13/1/2021).
Hence bercerita, meski cuaca sedang baik saat itu, namun lumpur yang tebal cukup mengambat para penyelam dalam operasi pencarian.
"Cuaca sangat baik enggak terlalu berombak, cuma permasalahan yang kami hadapi itu saat kami berada di dalam air, karena di bawah itu lumpurnya sangat tebal," tutur dia.
"Jadi visibility-nya juga sangat kurang sekali, sehingga apa yang kami cari itu juga tidak maksimal," sambungnya.
Baca juga: Dua Korban Sriwijaya Air Kembali Teridentifikasi, Atas Nama Indah Halimah Putri dan Agus Minarni
Para penyelam hanya diberikan waktu maksimal 20 menit di dalam air untuk mencari serpihan pesawat atau potongan tubuh korban.
Hence menyebut, ia diwajibkan untuk berdampingan dengan penyelam lain saat di bawah air.
"Karena berkaitan dengan kondisi alam yang di bawah air itu keruh ya dan kesulitan orientasi karena jarak pandang terbatas, untuk keamanan memang kita wajib melakukan penyelam itu didampingi sama mitra selam minimal 2 orang," kata dia.
"Dan itu juga kita saling terkait menggunakan bodyline. Kebetulan saya bertiga dan kami semuanya terikat dalam satu bodyline itu supaya kami tidak terpisah," lanjutnya.
Karena jarak pandang terbatas, Hence mengatakan dia harus berhati-hati saat mencari material ataupun potongan tubuh korban.
Saat itu, Hence dan tim berhasil menemukan potongan tubuh korban dan satu tas yang berisi Suran Ijin Mengemudi (SIM) milik korban.
Hence menjelaskan, saat di dalam air penyelam dibebaskan untuk memilih apa saja yang ingin dibawa ke atas air.
Hal itu dilakukan untuk menghindari traumatis ketika penyelam mengevakuasi potongan tubuh korban.
"Waktu sebelum turun kami di briefing dulu bagaimana kalau kita menemukan organ tubuh ataupun bagian tubuh yang ada nah di situ memang ada dua hal yang penting," ujar Hence.
"Kita mau tolong boleh tapi kalau kita ragu-ragu untuk mengambilnya itu juga enggak apa-apa, karena apa yang terpenting adalah jangan sampai karena kita takut menjadi nantinya traumatis yang panjang," tambahnya.
Baca juga: Aturan dan Jenis Santunan Ahli Waris Korban Kecelakaan Sriwijaya Air
Namun, saat itu Hence mengaku sudah bertekad untuk membantu hingga berhasil membawa potongan tubuh korban ke permukaan air.
"Tapi ya Puji Tuhan memang karena tekad dan niat saya, saya datang untuk menolong ya sejauh ini enggak ada masalah apa-apa enggak ada keraguan untuk mengambil bagian tubuh itu," ucap Hence.
"Kelegaan saya ketika bisa mengangkat bagian tubuh itu ke atas permukaan dan diserahkan kepada Basarnas. Temuan itu kan sangat ditunggu sama keluarga korban," ujarnya.
Saat mengevakuasi korban, Hence diwajibkan untuk menggunakan sarung tangan dan penutup kepala sebagai perlindungan diri dari bakteri di dalam laut.
Ini adalah pengalaman pertama bagi Hence menjadi penyelam relawan.
Hence merupakan instruktur penyelam yang juga berprofesi sebagai wiraswasta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.