Di Jalan Nusantara, Sunter, Jakarta Utara, massa aksi mendorong mobil buatan Jepang hingga menjatuhkannya ke sungai.
Selain itu, di jalan protokol kota, yaitu di Jalan Thamrin dan Jalan Sudirman, mobil-mobil dan barang buatan Jepang menjadi tujuan utama perusakan. Barang-barang dirusak dan dibakar.
Kondisi diperparah dengan penjarahan terhadap toko-toko, bahkan sejumlah sauna milik pengusaha Jepang dibakar habis.
Baca juga: Bom Mematikan yang Pernah Guncang Jakarta Selain Bom Thamrin
Dilansir dari harian Kompas, 16 Januari 1974, Meski dibayangi aksi demonstrasi besar-besaran, pertemuan Presiden Soeharto dengan PM Tanaka berjalan lancar di Istana Kepresidenan.
Dalam kerusuhan yang berlangsung selama dua hari ini tercatat 11 orang meninggal, 300 luka-luka, dan 775 orang lain ditahan aparat.
Pada saat yang sama, 807 mobil dan 187 sepeda motor terbakar, 144 bangunan rusak, serta 160 kilogram emas hilang dari sejumlah toko perhiasan.
Pertokoan dan perkantoran di Pasar Senen dan Harmoni juga dibakar dan dijarah oleh massa.
Tentunya hal ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah, apalagi ketika itu terjadi tepat ketika PM Jepang mengunjungi Indonesia.
Baca juga: Hari Ini 5 Tahun Lalu, Kopi Sianida Pesanan Jessica yang Tewaskan Mirna...
Soeharto malu dan marah besar terhadap aksi para mahasiswa. Lantas menyuruh segenap jenderal untuk melakukan tindakan terhadap para mahasiswa.
Di sisi lain, mahasiswa yang melakukan aksi politik tanpa kekerasan merasa aksinya ditunggangi oleh okum yang berupaya mengubah aksi unjuk rasa menjadi kerusuhan dan penjarahan.
Harian Kompas edisi 23 Desember 1974 mencatat Hariman Siregar harus menjalani persidangan selama empat bulan sebelum akhirnya divonis enam tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena dinilai melakukan tindak pidana subversi.
Setelah Peristiwa Malari, sejumlah langkah diambil Soeharto, salah satunya adalah pembubaran lembaga asisten pribadi presiden yang menjadi salah satu tuntutan mahasiswa saat itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.