Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan Satgas dan Dokter RSUD Soal Wakil Wali Kota Depok yang Positif Covid-19 usai Suntik Vaksin

Kompas.com - 01/02/2021, 08:58 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

"Kami sudah melakukan pengecekan kondisi diantaranya dengan rontgen dan hasilnya cukup bagus," tuturnya.

Baca juga: Wakil Wali Kota Depok Positif Covid-19 Usai Divaksinasi, Satgas: Tak Ada Kaitan dengan Vaksin

Informasi serupa disampaikan Dadang yang menyebut Pradi mengalami gejala ringan berupa batuk, flu, dan demam.

"Beliau sejak semalam dirawat di RSUD Kota Depok dan kondisinya sampai saat ini dalam keadaan stabil," kata Dadang, Minggu.

Antibodi belum terbentuk

Melalui keterangan video, Dadang menegaskan bahwa fakta Pradi mendapatkan vaksin tidak ada hubungannya dengan kepastian Wakil Wali Kota Depok itu positif Covid-19.

"Tidak ada kaitannya dengan vaksin. Kami tidak menghubungkan dampak vaksinasi dengan terpaparnya Covid-19 pada Pak Wakil Wali Kota," kata Dadang.

Dia juga mengindikasikan, antibodi Pradi belum sempurna terbentuk meski telah menerima satu kali vaksin.

"Yang kami tahu, vaksinasi itu harus dilakukan sebanyak dua kali agar terbentuk antibodi secara maksimal," ungkap Dadang.

Karena itu, Dadang menekankan agar warga Depok tetap siap dan bersedia disuntik vaksin Covid-19.

"Masyarakat Kota Depok khususnya, tidak perlu takut dengan vaksinasi gelombang kedua. Kami imbau kepada masyarakat untuk melakukan prokes secara ketat dan tak perlu khawatir dengan vaksin," pungkas Dadang.

Pendapat serupa diutarakan Devi, yang menyatakan bahwa antibodi Pradi belum terbentuk sehingga menyebabkan dirinya terpapar virus tersebut.

"Karena kan memang baru dosis pertama yang bersifat pengenalan dulu, selanjutnya harus disuntikan dosis kedua sebagai booster sampai pada akhirnya antibodi terbentuk," ujar Devi.

Devi menilai, siapapun seperti Pradi yang telah menerima suntikan vaksin Sinovac masih dapat dinyatakan positif Covid-19. Bahkan, hal itu juga bisa menimpa para penerima vaksin dosis kedua.

"Pada suntikan kedua pun vaksin belum bisa bekerja dengan maksimal, masih harus menunggu tiga sampai empat minggu kemudian," jelasnya.

Devi juga membeberkan bahwa kekebalan tubuh setiap penerima vaksin berbeda-beda sehingga proses setelah menerima vaksinasi turut dipengaruhi oleh kondisi tubuh seseorang.

"Yang tadi saya jelaskan, bahwa kondisi tubuh masing-masing orang berbeda. Selain itu juga, vaksin dosis pertama yang diterima pun terbilang baru atau belum lama, tentu semuanya butuh proses," kata Devi.

(Reporter: Singgih Wiryono, Vitorio Mantalean / Editor: Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkas Pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jalur Independen Diserahkan 8-12 Mei 2024

Berkas Pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jalur Independen Diserahkan 8-12 Mei 2024

Megapolitan
Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Cara Daftar Seleksi Calon Atlet PPOP DKI Jakarta 2024 dan Syaratnya

Megapolitan
Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Fortuner Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ adalah Mobil Dinas Polda Jabar

Megapolitan
Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Foto Kondisi Longsor Sepanjang 10 Meter di Perumahan New Anggrek 2 Depok

Megapolitan
Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Kebakaran Toko Pakaian di Pecenongan Diduga akibat Korsleting

Megapolitan
Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas 'Headway' KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Pengembangan Stasiun Tanah Abang Pangkas "Headway" KRL Jalur Serpong, Jadi Lebih Cepat Empat Menit

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Pendaftaran Cagub Independen DKI Dibuka, Syarat Calon Dapat 618.968 Dukungan Warga Jakarta

Megapolitan
Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Fenomena Tawuran di Pasar Deprok, Disebut Ulah Provokator dan Diawali Pemasangan Petasan

Megapolitan
Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Syoknya Lansia di Bogor, Nyaris Tewas Usai Tertimbun Reruntuhan Rumahnya yang Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Pengakuan Alumni STIP soal Senioritas di Kampus: Telan Duri Ikan hingga Disundut Rokok

Megapolitan
Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Junior Tewas Dianiaya Senior di STIP, Keluarga Pelaku Belum Datangi Pihak Korban

Megapolitan
Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Sopir Diduga Mengantuk, Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ

Megapolitan
Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Pegawai Berhamburan ke Luar Gedung

Megapolitan
Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Warga yang Buang Sampah Sembarangan di Dekat Lokbin Pasar Minggu Bakal Didenda Rp 500.000

Megapolitan
Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Sopir di Tangerang Curi Uang Majikan Rp 150 Juta, Ajak Istri Saat Beraksi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com