"Silaban mampu mengejawantahkan keinginan Soekarno dalam hal rancang bangun. Selain itu, dia dikenal cepat dalam membuat konsep bangunan, sehingga Soekarno merasa cocok dan senang,” ujar Setiadi kepada Historia.id 14 Juni 2017 lalu.
Baca juga: Putra Friedrich Silaban: Ayah Pakai Nama Samaran demi Terpilih Jadi Arsitek Masjid Istiqlal
Pria kelahiran 16 Desember 1912 ini merupakan anak dari seorang pendeta desa di Bonandolok, Tapanuli, Sumatera Utara.
Ketertarikannya pada bangunan bermula saat ia menempuh pendidikan di Koningin Wilhelmina School, sebuah sekolah teknik di Jakarta.
Di sana, Silaban mempelajari ilmu bangunan (bouwkunde) dan lulus pada tahun 1931.
Sayangnya, Silaban tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas karena masalah finansial.
"Tapi di luar itu semua, beliau telah mendedikasikan dan mengabdikan hidupnya hingga mencapai kemampuan menghasilkan berbagai desain arsitektur Indonesia, melalui pembelajaran pribadi yang tiada henti," tulis buku Rumah Silaban. (Historia.id/ Aryono).
Artikel ini sudah tayang sebelumnya di Historia.id dengan judul "Doa Silaban Ketika Merancang Masjid Istiqlal".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.