Dosen bidang Cultural Studies, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, Shuri Mariasih Gietty Tambunan, mengatakan fenomena ini bermunculan di wilayah urban.
Pada masyarakat urban, fungsi hewan peliharaan lebih untuk memenuhi afeksi (semacam perasaaan sayang), ketimbang untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti di desa, dengan memelihara sapi untuk diambil susu dan dagingnya.
Baca juga: PPDB Jakarta 2021: Syarat Usia Masuk Sekolah Mulai dari TK hingga SMA
Gietty menduga, relasi antara anjing dan pemiliknya yang makin mesra, terkait dengan perubahan struktur keluarga pada masyarakat urban.
Pasangan muda yang menikah sekarang umumnya tidak tinggal dalam keluarga besar.
Mereka tinggal di rumah atau apartemen sendiri dengan 1-2 anak atau tanpa anak. Begitu ada anjing, mereka jadi pelengkap keluarga, pengisi kesepian.
Kesadaran ini, lanjut Gietty, sedikit banyak dibentuk oleh industri budaya yang membentuk imaji-imaji tentang anjing sebagai sahabat dan anggota keluarga seperti dinarasikan lewat film-film Hollywood seperti Marley And Me (2008) dan Hachi: A Dog's Tale (2009).
Imaji-imaji itu makin kuat di era media sosial di mana setiap saat kita bisa melihat unggahan pecinta anjing yang sedang memamerkan relasi hangatnya dengan anjing mereka.
(Kompas.id/ Elsa Emiria Leba/Denty Piawai Nastitie/Nawa Tunggal)
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Gaya Hidup Anjing-anjing Metropolitan".
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.