Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penumpang Tempuh 2 Hari 2 Malam dari Yogya ke Padang Naik Bus karena Pesawat Harus Tes PCR

Kompas.com - 04/11/2021, 10:02 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah sempat mengeluarkan aturan persyaratan wajib menunjukan hasil tes negatif Covid-19 dengan PCR bagi penumpang pesawat.

Kebijakan tersebut nyatanya membuat masyarakat yang hendak melakukan perjalanan, kembali menyusun ulang strategi perjalan terbaik dan terhemat dengan menengok moda transportasi lain.

Pasalnya, biaya tes Covid-19 menggunakan PCR lebih mahal dari tes Covid-19 lainnya, seperti rapid test antigen. Hal ini membuat calon penumpang harus merogoh kocek ekstra di luar harga tiket moda transportasi itu sendiri.

Demi menghemat biaya, calon penumpang beralih dari pesawat ke moda transportasi lain seperti bus.

Baca juga: Gara-gara Syarat Tes PCR Naik Pesawat, Warga Terpaksa Naik Bus Keluar Jawa

Seperti halnya, Sari (50) warga Bantul, Yogyakarta, yang lebih memilih menumpang bus dari Yogyakarta menuju Kalideres, Jakarta Barat, lalu dilanjutkan menuju Padang, Sumatera Barat. Ia bahkan harus rela melakukan transit selama seharian.

"Saya berangkat Selasa malam dari Yogyakarta, tiba di Kalideres jam 03.00 subuh. Lalu bus tujuan Padang berangkat jam 15.00 WIB. Jadi saya di sini (terminal Kalideres) 12 jam," jelas Sari saat sedang bersantai di ruang tunggu Terminal Kalideres, beberapa waktu lalu.

Sari mengaku rela menempuh total waktu perjalan hingga dua hari dua malam menuju Padang, setelah memperhitungkan ongkos tiket dan biaya tes Covid-19 antara menumpang pesawat dengan bus.

"Alasannya karena pesawat kemarin wajib PCR. Jadinya kami pilih naik bus saja lah. Soalnya lumayan ongkos total pesawat kalau berdua dengan suami," kata Sari.

Baca juga: Persiapan Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun di Jakarta, Dinkes DKI Akan Edukasi Orangtua

Pilihan ini diakuinya cukup sulit, sebab ia baru pertama kalinya pulang kampung dengan menumpang bus, sejak 20 tahun terakhir.

"Saya terakhir naik bus itu tahun 2001. Biasanya dari Yogyakarta selalu naik pesawat untuk mudik. Kadang menuju bandara di Medan atau Padang, tergantung ketersedian dan harganya," jelas dia.

Menjalani perjalanan panjang ini, Sari bercerita perhitungan biaya menumpang bus yang ia duga lebih hemat, bisa saja salah. Sebab, ia baru menyadari, ada sejumlah biaya tak terduga yang dibutuhkan selama perjalanan dan momen transit.

"Biaya makannya ternyata mahal. Biaya bolak-balik ke toilet saja sudah berapa. Kalau ditotal, sama saja naik pesawat pakai PCR," ujar Sari sambil terkekeh.

Terkait aturan pemerintah menyoal persyaratan perjalanan, Sari berharap pemerintah bisa lebih bijak dalam membuat aturan. Sebab, setibanya di Jakarta, ia mendengar kabar bahwa penumpang pesawat tidak lagi diwajibkan tes Covid-19 dengan PCR.

Hal ini tentunya membuat Sari jengkel. Sebab, ia sudah terlanjur memilih konsep perjalanan yang lebih memakan tenaga dan waktu.

"Itu semua karena PCR, peraturan juga ganti-ganti seenaknya dan dadakan. Selain mahal, ini menyulitkan masyarakat," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com