Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pedagang "Tahu Sumedang" Tak Jualan Gorengan Tahu Imbas Produsen Mogok Produksi...

Kompas.com - 21/02/2022, 17:54 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Pedagang gorengan gerobak bertulisan "Tahu Sumedang" bernama Jiryo (60) mengaku kesulitan memperoleh tahu tempe imbas aksi mogok yang dilakukan oleh para perajin tempe dan tahu.

Ia akhirnya hanya memanfaatkan sisa bahan kemarin untuk dijual hari ini, Senin (21/2/2022).

"Hari ini jualan tempe tahu (bahan) sisa semalam (kemarin) karena harga tinggi, terus ada aksi mogok juga," ujarnya saat ditemui di tempat ia jualan sehari-hari di Jalan Lengkong Gudang Timur (Leguti), Serpong, Tangsel.

"Nyari ke pasar enggak ada, lagi tutup total karena kayaknya mereka setuju aksi mogok nasional. Saya tadi ke pasar enggak ada orang, sepi yang jualan makan-makanan," lanjutnya.

Baca juga: Dilema Produsen Naikkan Harga Jual Tempe ke Pedagang: Kalau dari Kami Sudah Mahal, Mereka Jualnya Berapa...

Karena tidak memperoleh tahu tempe untuk gorengan, Jiryo tidak akan berjualan gorengan tahu tempe hingga Rabu lusa.

Jiryo mengatakan, tidak hanya dirinya yang terdampak, akan tetapi semua tukang gorengan juga tidak akan berjualan gorengan tahu tempe hingga aksi mogok selesai.

"Sekarang jualan ubi molen, risol, bakwan saja dulu yang ada. Biasanya sih lengkap ada tempe sama tahu tiga macam, ada yang tahu isi, ada kremes, ada tahu biasa," jelasnya.

Jiryo berujar, ia selalu terdampak saat produsen tahu tempe melakukan aksi mogok produksi.

Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Produsen Tempe: Kalau Naik Lagi, Kami Gelar Aksi di Jalan

Selama 13 tahun dia berjualan gorengan, ia mengaku sudah sering mengalami hal yang sama seperti ini.

Sejumlah perajin tahu tempe di Jabodetabek melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari, mulai hari ini sampai Rabu, tak terkecuali para perajin tempe di Kedaung, Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai yang melejit dalam beberapa waktu terakhir.

"Sebelum corona dulu normalnya per kuintal Rp 850.000. Selama dua tahun ini hampir tiap bulannya naik, sampai sekarang jadi Rp 1.150.000 per kuintalnya," jelas salah satu perajin tempe bernama Mugiyono (50).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com