KOMPAS.com - Betawi tempo dulu rupanya tidak hanya mempunyai jagoan bernama si Pitung. Konon, ada seorang jagoan Betawi yang bernama si Jampang.
Kisahnya hampir sama dengan legenda si Pitung. Si Jampang juga terkenal dengan aksi "Robin Hood"-nya seperti merampok untuk hasilnya dibagikan kepada masyarakat miskin kala itu. Siapa sebenarnya si Jampang?
Dikutip dari buku Koleksi Terbaik Cerita Rakyat Nusantara (2017), dahulu, sepasang suami istri melahirkan seorang anak yang diberi nama Jampang. Ayah Jampang merupakan orang asli Banten, sedangkan ibunya asli orang Betawi.
Sebagai pemuda keturunan Banten, Jampang kemudian banyak diajari ilmu bela diri khususnya silat dan juga bermain golok. Seiring berjalannya waktu, Jampang pun tumbuh menjadi pemuda yang dikenal jago silat.
Jampang bertemu dengan seorang wanita yang kemudian ia nikahi. Dari hasil pernikahannya, ia dan istri dikaruniai seorang anak yang dijuluki Jampang Muda. Mulanya kehidupan mereka berjalan normal dan bahagia.
Namun saat Jampang Muda beranjak dewasa, sang istri meninggal dunia.
Lantaran menghadapi kesulitan mengurus anak seorang diri, ditambah lagi Si Jampang ingin anaknya menjadi orang saleh, maka ia memasukkan anaknya ke pondok pesantren. Hanya sesekali mereka bertemu.
Ditinggal sang istri dan juga tidak adanya kehadiran buah hati membuat si Jampang mulai kesepian. Ditambah lagi Ia melihat kenyataan bahwa kehidupan rakyat Betawi banyak yang menderita.
Lalu terlintas di benaknya untuk melakukan aksi perampokan di rumah rumah orang kaya kala itu. Dari hasil rampoknya, ia kemudian memberikannya kepada fakir miskin.
Kebiasaan itu terus ia lakukan sampai kemudian berita itu didengar anaknya. Anaknya merasa malu dan memutuskan untuk berhenti dari pesantren. Jampang muda pun mengungkapkan kekecewaanya karena sang ayah melakukan perbuatan tidak terpuji.
Baca juga: Desa Jampang, Tempat Lahirnya Jawara Silat
Mendengar kekecewaan anaknya, Jampang kemudian berniat ingin mencari sosok istri. Ia pun kemudian pergi ke rumah kawannya yang bernama Sarba.
Namun sayangnya ternyata Ia baru tahu kalau Sarba sudah meninggal. Hanya tersisa Istri Sarba bernama Mayangsari dan seorang anak yang bernama Abdih. Lambat laun Jampang pun jatuh hati kepada Mayangsari.
Ia kemudian menyatakan cintanya namun sayangnya ditolak mentah-mentah oleh Mayangsari. Cinta ditolak, dukun bertindak. Itulah yang kemudian dilakukan Jampang. Ia mendatangi seorang dukun bernama Pak Dul di kampung Gabus.
Jampang meminta dukun itu mengguna-guna Mayangsari. Dari hasil perbuatan itu, Mayangsari pun mulai kena efek dari guna-guna seperti tertawa sendiri bahkan sering menyebut nama Jampang.
Abdih pun merasa aneh dan mencurigai Jampang. Abdih lalu mendatangi seorang dukun yang kebetulan dukun tersebut merupakan dukun yang sama yakni Pak Dul.