Gagasan pembangunan Sarinah berawal dari lawatan Soekarno ke sejumlah negara. Ia berpikir, sudah saatnya Indonesia memiliki pusat perbelanjaan yang menyediakan segala kebutuhan. Pada 1992, PT Sarinah mulai mengembangkan beberapa bisnis eceran.
Sarinah juga menjangkau pembinaan perajin/koperasi. Bisnis kerajinan laku keras. Baca juga: Terkait Renovasi Sarinah, Basuki Minta Kualitas dan Estetika Diperhatikan Hal ini terbukti di lantai 3 dan lantai 4 Toserba Sarinah Thamrin mampu menampung 470 perajin dengan 8.000 jenis barang.
Saat itu, Sarinah menjadi pusat kerajinan terlengkap dan terbesar di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, bukannya hendak menjadi etalase UMKM, Sarinah justru banyak menampung produk luar negeri.
Baca juga: Sosok Wanita di Balik Nama Gedung Sarinah, Soekarno: “Darinya Saya Mengenal Cinta”
Kini pemerintah telah selesai merenovasi Gedung Sarinah dan berupaya membawakan kembali spirit lama ke dalamnya sebagai etalase produk UMKM.
Sarinah kini hadir kembali dengan slogan "The Window of Indonesia" yang menjadi ruang kreativitas bagi masyarakat untuk menunjukkan produk-produk dalam negeri.
"Sebuah gerakan untuk membangun semangat lokalitas dan memberikan panggung bagi karya unggulan khas Nusantara," demikian keterangan dalam Instagram @sarinahindonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.