JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, narasi agar masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan harus terus dibangun.
Hal ini karena ada peningkatan kasus Covid-19, khususnya di Jakarta. Di sisi lain Dicky mengingatkan, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO belum mencabut status pandemi Covid-19.
"Narasi-narasi harus tetap membangun kewaspadaan, tidak boleh menyebabkan masyarakat menjadi euforia, menjadi longgar. Status pandemi kan masih ada," kata Dicky, kepada Kompas.com, Minggu (12/6/2022).
Baca juga: Jutaan Warga Jakarta Menunda Vaksinasi Booster Covid-19
Menurut dia, penerapan protokol kesehatan, sepert memakai masker, saat ini masih perlu dilakukan.
Sebab dampak fatal dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tetap ada dan berpotensi dialami warga lanjut usia (lansia) dan anak di bawah usia 3 tahun.
Kemudian, ia menyarankan agar pemerintah menggencarkan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster kepada warga yang memiliki risiko terjangkit lebih tinggi.
"Subvarian Omicron B4.B5 yang memiliki karakter mudah menginfeksi, dan baik yang sudah divaksin atau yang belum apalagi," ujarnya.
"Kemudian bisa menyebabkan reinfeksi, kemudian dia juga bisa menimbulkan keparahan kepada kelompok yang belum memiliki imunitas lansia atau anak di bawah tiga tahun, satu tahun khususnya," ucap dia.
Baca juga: Transisi Endemi, Publik Bersedia Tetap Pakai Masker bila Covid-19 Memburuk
Seperti diketahui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jakarta saat ini berada pada level 1. Kebijakan ini berlaku mulai Selasa (7/6/2022) hingga 4 Juli 2022.
Selama PPKM level 1, masyarakat diperbolehkan melepas masker saat berada di area terbuka dalam kondisi tak padat orang. Aturan ini mengacu pada Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 29 Tahun 2022 tentang PPKM di Wilayah Jawa dan Bali.
Sementara, masyarakat yang mengalami gejala batuk dan pilek tetap harus menggunakan masker saat beraktivitas di area terbuka. Masyarakat yang masuk kategori rentan atau lansia, atau memiliki penyakit komorbid, disarankan untuk tetap menggunakan masker meski berada di area terbuka.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengakui adanya peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta dalam beberapa waktu terakhir.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Naik, Epidemiolog: Subvarian BA.4 dan BA.5 Kemungkinan Berkontribusi
Riza menduga, peningkatan kasus Covid-19 disebabkan oleh aktivitas libur Lebaran pada awal Mei 2022 lalu.
"Betul sekali kita ini sudah selesai libur Lebaran ada peningkatan (kasus Covid-19)," ujar Riza di Polda Metro Jaya, Senin (13/6/2022).
Untuk itu Riza meminta agar warga tetap taat mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
"Kami minta sekalipun sudah diperkenankan tidak menggunakan masker di ruang terbuka, kami minta seluruh warga Jakarta khususnya agar tetap patuh, taat, disiplin bertanggung jawab menggunakan dan melaksanakan protokol kesehatan," ujar Riza.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan penambahan empat pasien positif Covid-19 yang terpapar subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Dengan demikian, total kasus subvarian tersebut berjumlah delapan orang.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril memerinci, penambahan kasus tersebut terdiri atas tiga orang yang terinfeksi BA.5 dan satu orang pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) terinfeksi BA.4. Keempatnya teridentifikasi di DKI Jakarta.
"Yang satu umurnya 20 tahun perempuan, yang kedua perempuan 40 tahun, lalu laki-laki usia 22 tahun, dan laki-laki 30 tahun," jelas Syahril kepada Kompas.com, Minggu (12/6/2022).
Baca juga: Bertambah, Kini 8 Kasus Subvarian Baru Omicron Teridentifikasi di Indonesia
Adapun empat kasus awal terdeteksi di Bali. Dari jumlah tersebut, satu warga negara Indonesia (WNI) terinfeksi BA.4 dan tidak mengalami gejala.
Kemudian, dua warga negara asing (WNA) yang terpapar BA.5 juga tidak mengalami gejala. Selain itu, ada satu WNA lain yang mengalami gejala ringan.
Syahril menjelaskan, dari empat kasus tambahan di Jakarta, satu pasien mengalami gejala sedang, yakni batuk, sesak napas, dan sakit kepala.
Pasien tersebut seorang perempuan berusia 20 tahun. Ia terindikasi tertular subvarian Omicron BA.5.
"Yang perempuan usia 20 tahun, gejalanya sedang. Ada batuk, sesak napas, sakit kepala," ucap Syahril.
Baca juga: Kemenkes Sebut 8 Pasien Terpapar Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Sudah Sembuh
Ia mengatakan, pasien yang mengalami gejala sedang tersebut belum menerima vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster.
Sementara, tiga pasien tambahan lainnya sudah menerima vaksin dosis lengkap dan booster.
"Belum booster, ini penting disampaikan karena kalau yang lain sudah di-booster semua. Yang di Bali sudah di-booster semua. Nah yang di Jakarta umur 20 tahun memang belum booster, baru dua kali," ucap Syahril.
Kendati demikian, Syahril memastikan, delapan pasien subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah dinyatakan sembuh atau selesai menjalani isolasi.
Dia mengatakan, Dinas Kesehatan di masing-masing daerah juga telah melakukan pelacakan atau tracing untuk mengetahui penyebaran subvarian yang menyebabkan lonjakan kasus di beberapa negara tersebut.
"Delapan kasus itu sudah sembuh semua. Dan sudah dilakukan tracing semacam itu. Dinas-dinas kesehatan telah melakukan tracing dan testing," ucap Syahril.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.