JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mendesak pemerintah pusat untuk turun tangan mengatasi polusi udara di Jakarta.
Sebabnya, Bondan mengatakan tingginya polusi udara di Jakarta juga disebabkan oleh emisi polutan yang datang dari daerah luar Jakarta.
Temuan itu, kata Bondan, didapat dalam penelitian yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama sejumlah pihak pada 2019. Dalam laporan penelitian itu ditemukan adanya polutan yang berasal dari sisa pembakaran batu bara.
Baca juga: Jakarta Kewalahan Soal Polusi Udara, Walhi: Pemerintah Pusat ke Mana?
Adapun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Jakarta yang terletak di Muara Karang tidak menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.
Karena itu, ia meminta pemerintah pusat yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) turut melakukan supervisi dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah polusi ini.
"Lakukan koordinasi dengan disupervisi dengan Kementerian LHK dan Kemendagri. Ini kan berarti enggak jalan. Entah enggak jalan penanganannya, entah enggak jalan koordinasinya. Akhirnya masyarakat yang jadi korban," tutur Bondan saat dihubungi, Kamis (23/6/2022).
Ia mengatakan sedianya sudah ada regulasi yang mewajibkan seluruh pelaku industri melaporkan emisi dari hasil proses industri mereka kepada Kementerian LHK.
Karena itu, Bondan mengatakan semestinya Kementerian LHK memiliki data emisi yang dihasilkan industri-industri yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
Baca juga: Ganjil Genap Tak Efektif Kurangi Polusi Udara, Walhi Jakarta: Justru Pemicu Mobil Baru
"Jadi Kementerian LHK semestinya punya datanya dan harus membuka datanya kepada publik soal emisi apa saja yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut dan segera memberi sanksi sesuai ketentuan yang berlaku," ujar Bondan.
Adapun DKI Jakarta sempat menempati posisi pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu (15/6/2022). Hasil tersebut dipublikasikan oleh situs IQ Air yang mengoperasikan informasi kualitas udara real time gratis terbesar di dunia.
Di samping itu, Air Quality Life Index (AQLI) atau indeks kehidupan kualitas udara berdasarkan laporan dari Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC) menunjukkan, penduduk yang berada di Jakarta diperkirakan kehilangan harapan hidup rata-rata 3-4 tahun akibat polusi udara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.