Kedua jenis makanan ini kini dikenal dan disukai banyak orang dan restoran-restoran China dan Jepang juga tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Karena mampu mendatangkan manfaat ekonomi yang besar bagi negara, gastrodiplomasi juga termasuk bagian dari diplomasi ekonomi.
Perlu kembali diingat bahwa Presiden Joko Widodo menempatkan diplomasi ekonomi sebagai satu dari empat pilar prioritas dalam kebijakan luar negerinya.
Tiga pilar lainnya ialah menjaga kedaulatan bangsa, meningkatkan perlindungan warga negara, dan memperkuat peran Indonesia di tatanan internasional.
Pada Juni 2021, Indonesian Gastronomy Community meluncurkan Museum Gastronomi Indonesia, sebuah museum virtual tentang gastronomi Indonesia yang masyarakat bisa akses secara daring di https://museumgastronomi.id/.
Karena bertujuan mengenalkan dan menyebarluaskan keanekaragaman pangan dan kekayaan kuliner Nusantara, Museum Gastronomi Indonesia juga berperan sebagai instrumen diplomasi publik yang dilakukan oleh Indonesian Gastronomy Community sebagai aktor non-negara.
Komunitas ini layak mendapatkan apresiasi karena memanfaatkan teknologi dalam menyajikan informasi tentang ragam kuliner dan pangan Indonesia di dalam museum virtualnya.
Informasinya pun ditampilkan secara kreatif dalam bentuk foto, video, info grafis dan artefak tiga dimensi, dan dilengkapi dengan tata kamera 360 derajat.
Selain itu, informasi tentang keanekaragaman bahan pangan dan produk kuliner Indonesia di dalam museum ini juga telah dilengkapi dengan narasi kuat tentang aspek sejarah dan budaya yang keduanya merupakan fondasi penting dalam gastronomi.
Tumpeng, misalnya, merupakan salah satu makanan paling popular di Indonesia, tetapi banyak orang mungkin bertanya-tanya mengapa nasi tumpeng berbentuk kerucut, mengapa banyak lauk mengelilingi nasinya, dan mengapa untuk menikmati tumpeng, orang-orang biasanya mengeruk nasinya dari bawah, bukan langsung puncaknya.
Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh Indonesian Gastronomy Community di museum virtualnya.
Bagi bangsa ini, tumpeng sebetulnya memiliki makna khusus karena menyimbolkan kehidupan religius masyarakat Indonesia sehari-hari.
Menurut Museum Gastronomi Indonesia, ada berbagai ragam tumpeng, seperti tumpeng punar, tumpeng kendhit, dan tumpeng duplak.
Tumpeng duplak dibuat sebagai permohonan agar Tuhan YME mengabulkan semua doa.
Tumpeng kendhit dibuat sebagai permohonan agar Tuhan YME menunjukkan jalan keluar atas segala kesulitan hidup. Dan tumpeng punar dibuat sebagai doa agar Tuhan YME selalu memberikan kebahagiaan.
Ketika mengambil dan menikmati nasi tumpeng, cara yang benar ialah mengeruknya dari bawah, bukan memotong puncaknya.
Bagian bawah nasi dikeruk sedikit demi sedikit sampai bagian atas nasi turun perlahan-lahan. Ketika puncak tumpeng menyentuh alas, masyarakat Indonesia meyakini bahwa Tuhan YME telah meridai doa yang mereka panjatkan atau manunggaling kawula lan Gusti dalam bahasa Jawa.
Dalam perayaan ulang tahun ke-495 Jakarta tahun ini, saya berdoa agar semakin banyak pelaku kuliner yang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk kulinernya sebagai upaya diplomasi publik untuk mengangkat keanekaragaman kuliner Indonesia ke tingkat global.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.