Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
A Kurniawan Ulung
Dosen

Dosen program studi Hubungan Internasional di Universitas Satya Negara Indonesia

Menikmati Taoge Goreng dan Merayakan Gastronomi Nusantara di Jakarta Fair Kemayoran

Kompas.com - 24/06/2022, 12:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Persepsi positif ini kemudian menjadi landasan sosial untuk menjalin hubungan yang lebih dalam atau mencapai kepentingan yang lebih luas dengan negara lain.

Diplomasi publik berbeda dengan diplomasi tradisional. Dalam diplomasi tradisional, pelaku utamanya adalah pemerintah.

Diplomasi tradisional dilakukan oleh pemerintah satu negara terhadap pemerintah negara lain. Sedangkan dalam diplomasi publik, masyarakat juga dilibatkan.

Jadi, diplomasi publik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah untuk memengaruhi publik domestik atau publik asing, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat satu negara untuk memengaruhi masyarakat di negara lain.

Menurut Hassan Wirajuda, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, diplomasi publik bertujuan mencari teman dari kalangan masyarakat di negara lain untuk mempererat hubungan dengan negara lain tersebut.

Karena dilakukan oleh masyarakat, diplomasi publik dikenal sebagai diplomasi jalur kedua (second track diplomacy).

Sedangkan diplomasi jalur pertama (first track diplomacy) dilakukan oleh pejabat pemerintah seperti menteri luar negeri.

Keberadaan diplomasi publik tidak bisa menggantikan keberadaan diplomasi tradisional sebagai diplomasi jalur pertama.

Sebagai diplomasi jalur kedua, diplomasi publik berperan dalam membantu para diplomat dalam bernegosiasi untuk mencapai kepentingan luar negerinya, seperti mengundang investor dari negara lain untuk menanamkan modalnya.

Dalam suatu diskusi virtual, diplomat Nurmala Kartini Sjahrir bercerita bahwa ia memanfaatkan popularitas singkong dalam berdiplomasi ketika ia menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Paraguay dan Uruguay pada tahun 2010-2014.

Alasannya ialah warga Indonesia, Paraguay dan Uruguay sama-sama suka mengolah singkong sebagai bahan pangan.

Nurmala mengatakan bahwa dalam bernegosiasi, obrolan-obrolan santai dan ringan tentang singkong bisa menjadi pintu pembuka untuk membicarakan topik-topik lain yang lebih luas dan sekaligus mempererat hubungan antar kedua negara.

Selain makanan, produk-produk budaya lain yang juga sering digunakan sebagai kekuatan lunak untuk membentuk citra positif adalah film, mode dan musik.

Akan tetapi, pelaku diplomasi publik tidak hanya para pekerja seni saja. Akademisi, wartawan dan ulama juga bisa melakukan diplomasi publik melalui karya-karyanya seperti jurnal penelitian dan laporan berita.

Diplomasi Gastronomi

Indonesia dianugerahi ragam produk kuliner yang berlimpah. Namun sayangnya, anugerah dari Tuhan ini belum dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat dan pemangku kepentingan sebagai instrumen diplomasi, baik yang bersifat tradisional maupun publik, untuk meningkatkan citra Indonesia sebagai surga kuliner dan memberi keuntungan ekonomi sebesar-besarnya untuk bangsa ini.

Pemanfaatan tata boga untuk berdiplomasi dikenal sebagai gastrodiplomasi atau diplomasi gastronomi.

Fakta bahwa Indonesia memiliki lebih dari 77 sumber karbohidrat, 65 jenis rempah-rempah, 273 jenis sayuran, dan 400 jenis buah-buahan sebetulnya adalah sumber kekuatan Indonesia dalam gastrodiplomasi.

Akan tetapi, mengandalkan kekayaan kuliner dan keragaman bahan pangan saja tidak cukup. Kekayaan kuliner dan keragaman bahan pangan perlu dilengkapi dengan narasi cerita yang kuat agar aspek sejarah dan budaya yang berada di balik dua kekuatan ini bisa ikut disosialisasikan dan disebarluaskan.

Semakin banyak orang di luar Indonesia yang mengenal ragam kuliner Nusantara, semakin besar pula keuntungan ekonomi yang Indonesia bisa dapatkan. Salah satu keuntungan tersebut ialah pendapatan devisa.

Indonesia perlu belajar dari China dan Jepang karena China berhasil mempromosikan masakan bebek dan Jepang berhasil mempromosikan sushi ke level global.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pejalan Kaki Terlindas 'Dump Truck' di Koja, Kaki Korban Hancur

Pejalan Kaki Terlindas "Dump Truck" di Koja, Kaki Korban Hancur

Megapolitan
5 Tahun Kasus Pembunuhan SIswi SMK di Bogor Belum Terungkap, Polisi Masih Cari Bukti Kuat

5 Tahun Kasus Pembunuhan SIswi SMK di Bogor Belum Terungkap, Polisi Masih Cari Bukti Kuat

Megapolitan
Ingin Gabung Jaklingko, Para Sopir Angkot di Jakut Desak Heru Budi Tanda Tangani SK

Ingin Gabung Jaklingko, Para Sopir Angkot di Jakut Desak Heru Budi Tanda Tangani SK

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Terobsesi Jadi Anggota Polri, tapi Gagal Lolos Saat Tes

Polisi Gadungan di Jaktim Terobsesi Jadi Anggota Polri, tapi Gagal Lolos Saat Tes

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar untuk Kepuasan Diri

Ibu di Jaktim Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar untuk Kepuasan Diri

Megapolitan
Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua Dibuka, Dirut PPJ: Pedagang dan Warga Senang

Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua Dibuka, Dirut PPJ: Pedagang dan Warga Senang

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Diduga Dicabuli Teman Sekelas hingga Hamil

Siswi SLB di Jakbar Diduga Dicabuli Teman Sekelas hingga Hamil

Megapolitan
Frustrasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Frustrasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Hasil Memalak Warga dan Positif Narkoba

Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Hasil Memalak Warga dan Positif Narkoba

Megapolitan
Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat: Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan bagi Kelompok Tertentu

Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat: Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan bagi Kelompok Tertentu

Megapolitan
Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin 'Pulau Sampah' di Jakarta

Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin "Pulau Sampah" di Jakarta

Megapolitan
Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Megapolitan
Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Megapolitan
Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Megapolitan
Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu 'Nombok' Setoran

Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu "Nombok" Setoran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com