Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengurai Dugaan Sekte “Kiamat Sudah Dekat” di Balik Misteriusnya Kematian Sekeluarga di Kalideres...

Kompas.com - 16/11/2022, 12:58 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah gelapnya pengungkapan kasus kematian misterius satu keluarga di rumahnya bilangan Kalideres, Jakarta Barat, sebuah analisis dari kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala, mengemuka ke publik.

Adrianus menengarai, kematian empat orang anggota keluarga itu berkaitan erat dengan kepercayaan bahwa kiamat sudah dekat.

Berikut ini uraiannya...

 

Berangkat dari hasil otopsi

Analisis Adrianus ini berangkat dari hasil otopsi, sejumlah temuan penyidik di tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan para saksi.

Hasil otopsi pertama menyatakan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Belum ditemukan pula zat/unsur racun pada organ dalam. Selanjutnya, tidak ditemukan sari makanan pada lambung para korban. Otot jasad pun telah menyusut.

Baca juga: Kesaksian Tukang Jamu Langganan Sebelum Keluarga di Kalideres Tewas, Korban Jadi Pendiam dan Lebih Kurus

Temuan tidak ditemukannya sari makanan pada lambung korban sempat menggiring opini publik bahwa kematian mereka disebabkan oleh kelaparan. Pribadi Adrianus tidak mempercayai itu.

“Saya pribadi lebih memilih untuk tidak mempercayai konteks kelaparan itu,” ujar dia saat wawancara dengan Kompas TV, Selasa (15/11/2022).

Sebab, setiap orang memiliki naluri bertahan hidup. Ketika seseorang merasa lapar dan haus, otomatis ia akan mengeluarkan daya dan upaya untuk mengakses makanan dan minuman. Perilaku ini sejatinya menjadi perilaku dasar manusia.

Bahkan, dalam kasus bunuh diri saja, seseorang memilih mengakhiri hidup secara cepat, bukan sengaja tak makan dan minum hingga akhirnya meninggal dunia.

“Nah, lain ceritanya kalau kelaparan itu memang disengaja,” lanjut Adrianus.

Baca juga: Polisi Dalami Kemungkinan Keluarga yang Tewas di Kalideres Anut Aliran Sekte Tertentu

Didorong kepercayaan?

Sampai pada titik ini, analisis Adrianus bergerak maju satu langkah.

Bila benar para korban sengaja melaparkan diri, artinya ada yang mendorong mereka untuk melakukan itu. Apa itu?

Adrianus meyakini, hanya alasan spiritual lah yang mampu menggerakkan orang sampai memutus naluri bertahan hidupnya.

“Kalau memang benar, ada keyakinan yang luar biasa kuat, semacam keyakinan (dari para korban), mengenai dunia setelah mati, sehingga yang bersangkutan bersedia menuju ke arah itu untuk mencapai suatu kemuliaan,” ujar Adrianus.

Bagi orang yang sudah terpapar paham semacam itu, mereka menganggap apa yang terjadi di dunia ini, termasuk rasa sakit menahan lapar, adalah suatu cobaan sepadan untuk mencapai tujuan yang mereka yakini mulia.

“Kalau itu yang terjadi, maka tentu kelaparan menjadi oke oke saja, bahkan meskipun berakhir dengan kematian,” lanjut dia.

Baca juga: Analisis Kriminolog: Sekte Apokaliptik di Balik Kematian Misterius Sekeluarga di Kalideres

Dugaan ini sejalan dengan berbagai temuan yang janggal. Mulai dari korban menjual kendaraan pribadi, korban tak kunjung membayar listrik, korban mengemas barang-barang sebelum meninggal, hingga gembok pagar yang rupanya terkunci dari dalam.

Kemudian, ditemukan kapur barus di sekitar jasad, ada lilin merah, bekas kotak bedak bayi yang begitu banyak, serta buku-buku berbagai macam agama.

Khusus soal kapur barus, penyidik menyebut, biasa digunakan untuk menyerap bau tak sedap.

Dari berbagai temuan ini, seolah-olah korban sudah menyiapkan diri akan pergi untuk selama-lamanya.

“Oleh sebab itu, jangan-jangan ini kelompok kecil penganut suatu kepercayaan dengan konsep kiamat. Supaya mempersiapkan kiamat itu secara cepat, kemudian mematikan survival of instinc-nya dan menempuh cara yang menyakitkan, yakni mematikan diri,” ujar Adrianus.

Baca juga: Rangkaian Peristiwa Sebelum Sekeluarga di Kalideres Tewas: Mobil Dijual, Barang Dipak, dan Listrik Diputus

Hubungan keempat orang ini dengan keluarga besarnya masing-masing dan lingkungan sekitar juga sangat tertutup. Dengan keluarga besarnya saja, komunikasi terakhir berlangsung sekitar lima tahun lalu sementara pertemuan terakhirnya sekitar 20 tahun silam.

Gejala ini, menurut Adrianus, juga ditemukan pada sebuah keluarga di India yang mengakhiri hidupnya atas alasan kiamat sudah dekat.

“Saya mau tarik ke kasus di India di mana sekitar 10 lebih orang mati bersama-sama. Ada yang melaparkan diri, ada yang gantung diri. Semuanya menganggap di luar sana adalah musuhnya. Di luar sana semua jahat sehingga daripada mereka menjadi korban, maka mereka mengakhiri hidupnya,” ujar Adrianus.

“Apakah bisa terjadi pada konteks empat orang ini? Kalau memang benar tindakan menarik diri (dari lingkungan sosial) itu bagian dari delusi, maka jangan-jangan itu bagian dari kesakitjiwaan yang berakhir dengan self destruction dengan cara bunuh diri,” lanjut dia.

Baca juga: Temuan Baru di Rumah Satu Keluarga Tewas di Kalideres: Ada Buku Berbagai Agama hingga Mobil Dijual

Siapa aktornya?

Dalam konteks analisisnya ini, Adrianus membuka tiga pihak yang berpotensi menjadi aktor alias dalang di balik kematian satu keluarga itu.

Pertama, ada orang kelima yang rutin dan intens berkomunikasi dengan keempat korban semasa hidup. Orang kelima inilah yang menyusupkan pemahaman bahwa kiamat sudah dekat.

“Ada orang lain di luar keempat korban yang secara sengaja memaksa keempatnya itu untuk lapar,” ujar Adrianus.

Kedua, keempat korban sama-sama memiliki pemahaman yang sama bahwa kematian adalah cara untuk menggapai kehidupan yang mulia. Artinya, pemahaman kiamat sudah dekat dianut oleh keempat orang itu.

Ketiga, ada satu atau dua orang di antara keempat korban yang menjadi role model.

“Mungkin satu atau dua orang di antara korban memaksa yang lain untuk mati. Dengan kata lain, dia ini membuat orang lain lapar. Baru setelah yang dua itu mati, maka tinggal dia yang menunggu untuk mati,” papar Adrianus.

Skenario ketiga ini adalah yang paling diyakini Adrianus. Pasalnya, berdasarkan hasil otopsi pertama, waktu kematian keempatnya berbeda-beda.

Suami (Rudyanto Gunawan) dan istrinya (Margaretha Gunawan) disebut meninggal dunia lebih dahulu, yakni sekitar 3 pekan sebelum penemuan jasad. Sementara, anak keduanya (Dian Febbyana) dan ipar Rudyanto (Budyawan Gunawan) meninggal dunia sekitar dua pekan setelah penemuan.

Adapun, posisi masing-masing jasad saat ditemukan, yakni Rudyanto ditemukan dalam posisi tertidur di atas kasur di kamar belakang.

Kemudian, Margaretha ditemukan di kamar depan dalam posisi tertidur di atas kasur. Di kamar yang sama juga ditemukan jasad Dian, tetapi letaknya di lantai.

Terakhir, yakni ipar dari Rudyanto bernama Budyanto Gunawan yang ditemukan dalam posisi terlentang di sofa ruang tamu.

“Jadi saya berpikir, ada yang mati duluan dan itu adalah orang yang dipaksa, baru kemudian yang lain mengikuti,” ujar Adrianus.

Namun demikian, Adrianus menekankan bahwa tiga skenario soal dalang ini sama-sama didorong oleh ide yang bersumber dari sosok, entah satu atau banyak. Bukan tidak mungkin ada sekte tertentu yang menaungi mereka.

Oleh sebab itu, bila analisis ini benar adanya, ia mendesak polisi menangkap sosok yang menyebarkan ide tersebut demi mencegah jatuhnya korban lain.

“Kalau melihat pengalaman-pengalaman kematian yang bersifat suicidal lainnya, memang ada kelompoknya, ada pemimpinnya, ada gurunya. Kalau benar demikian, polisi perlu mengejarnya sehingga mereka tidak bisa melenggang kangkung. Karena bisa terjadi lagi pada orang lain,” ujar Adrianus.

Ia juga menekankan bahwa analisisnya ini belum menjadi kebenaran. Sebab, polisi hingga saat ini masih menyelidiki penyebab di balik tewasnya satu keluarga itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com